Pariwisata Cirebon(Upperdeck) - Lesu, Wisatawan Menurun
Tepat pukul 8 pagi, Eman Suherman sudah bersiap membuka gerbang wisata Cikuya. Objek wisata yang berlokasi di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang ini dikenal dengan suguhan kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung. Kura-kura tersebut diakui sudah ada sejak ratusan tahun silam dan menjadi ikon Cirebon. Kurang lebih terdapat 300 ekor kura-kura dan ratusan tukik (anak penyu) di wisata Cikuya.
Setiap pagi dan sore, Eman memberi makan kura-kura dengan daging dan ikan. Dalam sehari, kura-kura belawa membutuhkan 10 kg daging mentah. Namun, Eman hanya menyediakan setengahnya. “Memang harusnya 10 kg, tapi kami tidak mampu. Jadi cuman 5 kg,” ujar Eman.
Untuk mengantisipasinya, pengelola wisata Cikuya menyediakan singkong sebagai tambahan nutrisi. Beruntung, sebagian para pengunjung sering kali membawa makanan bila berkunjung.
Eman mengatakan, bila kondisi wisata Cikuya sudah 5 tahun silam sepi pengunjung. “Selain hari Minggu, kita bahkan sepi sekali. Terhitung jari yang datang ke sini,” tuturnya.
Pendapatan dari pengunjung sejauh ini belum bisa untuk menutup biaya operasional. Jangan tanya, bagaimana kesejahteraan para pengelola. “Dalam seminggu buat kami saja kadang-kadang cuman Rp 30 ribu buat pengurus. Gak nutup dengan rasio pengunjung," keluh Eman.
Eman mempertanyakan, kepedulian Pemerintah dan DPRD Kabupaten Cirebon terhadap kondisi wisata Cikuya yang semakin membebani pengelola. Padahal kura-kura Cikuya termasuk hewan langka dan masuk kategori dilindungi. “Tiap tahun kura-kura semakin banyak dan biaya pakan meningkat, tapi wisata semakin sepi. Kita sendiri kadang pusing. Dan kita tunggu langkah konkret Pemkab Cirebon,” kata Eman.
Tak jauh halnya dengan Ekowisata Mangrove Kasih Sayang di Desa Mundu Pesisir, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Sejak Januari 2020, wisata yang baru berdiri 2017 silam ini, sudah minim pengunjung.
“Dari awal tahun sampai sekarang jumlah wisatawan per hari hanya 10 sampai 20 orang saja. Jika hari libur paling banyak sampai 30 wisatawan saja,” ujar Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Nursin Subroro. Padahal di masa kejayaannya, ekowisata ini sempat banjir pengunjung hingga 1.500 wisatawan dalam sehari.
Kabid Promosi dan Ekonomi Kreatif Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon Achmad Bayu Suradilaga mengakui industri kepariwisataan di Kabupaten Cirebon belum ada kenaikan dan cenderung lesu. Pariwisata Kabupaten Cirebon hanya mampu mengandalkan wisata religi Makam Sunan Gunung Jati.
Berdasarkan data DisbudparKabupaten Cirebon, ada 66 Daya Tarik Wisata Kabupaten (DTWK). DTWK merupakan lokasi wisata yang miliki potensi namun belum terkelola dengan baik seperti Curug Cikalahang.
“DTWK ada 66, tapi kalau wisata yang sudah berjalan dan masuk kategori kunjungan wisata ada 13, termasuk milik swasta seperti kampung sabin,” ungkap Bayu.
Jumlah tersebut meliputi wisata budaya, alam dan buatan yang tersebar di berbagai desa. Di tahun 2022, ada 22 desa yang dinobatkan sebagai desa wisata melalui surat keputusan bupati.
Sementara pada 2023, sejumlah 13 desa juga tengah mengajukan SK. Meski demikian, Disbudpar berusaha selektif, agar wisata desa tak hanya memiliki SK namun memiliki standar fasilitas.
Namun, dengan bertambahnya wisata rupanya tak sebanding dengan jumlah wisatawan yang berkunjung. Ia mengungkapkan jumlah wisatawan berangsur menurun berdaarkan year of year (YOY).
“Berdasarkan catatan, sejak Agustus 2023 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Cirebon 524.081,” ungkap Bayu.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon juga melaporkan, selama 2018 hingga 2022 jumlah wisatawan yang melancong ke Kabupaten Cirebon sejumlah 4.579.177 jiwa.
"Jika dilihat trend turun, dari semula jutaan sekarang cuman ratusan ribu," terang Bayu. Ia pun berharap, menjelang akhir tahun 2023, wisatawan akan bertambah.
Anggota DPRD Kabupaten Cirebon Drs Hj Hanifah merasa prihatin dengan kondisi pariwisata Cirebon. Ia mengatakan, kekayaan wisata Kabupaten Cirebon semestinya membuat angin segar bagi para pengelola wisata.
Namun kenyataannya jauh panggang dari api. Kenaikan wisata tak dibarengi dengan meningkatnya para pelancong. Padahal, industri wisata merupakan salah satu sumber PAD.
“Prihatin ya, padahal destinasi wisata kita itu bagaimanapun diharapkan dapat memberikan kontribusi PAD,” katanya.
Politisi PKB itu menilai, menurunnya jumlah wisatawan disebabkan kurangnya keseriusan pemerintah terhadap pengelolaan wisata. Penyebab salah satunya, kata Hanifah, disebabkan karena akses jalan maupun fasilitas yang tidak memadai. “Kalau tempatnya tidak nyaman, jalan juga rusak tentu wisatawan enggan berkunjung. Itu salah satu faktornya,” tandasnya. *par
Selengkapnya →