Di bawah terik matahari, di samping lampu merah, Herman (41) tengah duduk menghitung hasil. Sejenak berhenti. Lantang suaranya terdengar memanggil pejalan kaki menaiki angkutannya. Sudah beberapa tahun, Herman menjadi supir angkutan umum jurusan Plered-Sumber.
Ia bercerita, bila setiap tahun jumlah penumpang angkutan semakin menurun. "Sebelum transportasi online merebak, kami sempat menjadi primadona masyarakat berpergian, namun sekarang sudah jauh berbeda," ungkap Herman.
Tak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi sedikit banyak, telah menggeser angkutan umum di jalanan. Pendapatan mereka pun menurun drastis. Herman tak punya banyak pilihan selain bertahan, alih-alih beradaptasi mengikuti arus perubahan.
"Iya cuman ini kerjaan saya sejak muda, walaupun sehari kadang kalau sepi cuman dapat Rp 35-50 ribu, saya bersyukur," katanya *Mir