Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon menilai, sekolah yang mendapat siswa kurang dari 20 saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2023, disebabkan karena minimnya inovasi dalam menyambut tahun ajaran baru.
Hal itu dikemukakan Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Aan Setiawan saat menyoroti hasil pelaksanaan PPDB tahun 2023 di Kabupaten Cirebon.
Dirinya mengaku prihatin, saat mendapat informasi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mulyasari misalnya, yang hanya mendapatkan 1 siswa pada PPDB 2023. Dan hal itu terjadi di beberapa sekolah. "Saya sebut satu sekolah yang paling miris di Mulyasari, di kecamatan lain juga banyak sekolah yang hanya dapat belasan siswa. Tentu ini sangat memprihatinkan dan menjadi perhatian bersama,” ujar Aan.
Aan mengungkapkan, kurangnya inovasi yang dilakukan lembaga pendidikan disinyalir menjadi salah satu penyebab banyaknya sekolah negeri kurang diminati. Selain itu, minimnya perawatan sarana dan prasarana turut memicu, mengapa para peserta didik baru enggan mempertimbangkan sekolah negeri sebagai pilihan.
“Saya melihat salah satu penyebabnya karena minimnya inovasi yang dilakukan pihak sekolah. Selain itu, performa sekolah tidak enak dipandang dan terkesan kumuh,” ungkap Aan,
Selain itu, politisi PDI Perjuangan tersebut juga menyoroti aspek mutu dan kualitas pendidikan yang masih kurang sehingga perlu lebih ditingkatkan. Pasalnya, ia mendapati sebuah informasi bahwa siswa yang lulus dari sekolah tersebut boleh dikatakan kurang ideal dari sisi karakter.
“Dari kunjungan itu, saya mendapatkan informasi, kenapa tidak diminati? Penyebabnya karena lulusan sekolah tersebut nakal-nakal, akhirnya masyarakat pun enggak mau nyekolahin di situ,” terangnya.
Hal itu menjadi pengingat agar sekolah memperhatikan mutu. Bila mutu pendidikan di sekolah atau citra sekolah buruk tentu para wali murid tidak akan tertarik. Karena sejatinya, lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk membentuk karakter setiap anak didik menjadi lebih baik.
Ia pun meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon segera menginventarisasi sekolah yang tidak dalam kondisi optimal. Baiik dari segi performa maupun sarana prasarana. Tak kalah penting, lanjut Aan, Disdik harus bisa lebih selektif, terutama saat adanya permintaan pembuatan sekolah baru.
Dirinya mengingatkan, proses pembuatan sekolah baru harus benar-benar dikaji dengan matang. Karena jarak antar sekolah satu dengan lainnya bisa menjadi salah satu penyebab kurangnya partisipasi siswa.
“Pada saat perencanaan, yang mau buat sekolah baru jangan berdekatan dengan sekolah yang sudah ada. Karena bisa jadi, faktor penyebab lainnya karena terlalu banyaknya sekolah baru. Akhirnya ada ketidakseimbangan antar sekolah,” terang Aan.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon berjanj akan segera menganalisa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SD Negeri Mulyasari, Kecamatan Losari, yang pada tahun ini hanya menerima 1 orang murid.
Kepala Disdik Kabupaten Cirebon, H Ronianto mengatakan, analisa dilakukan untuk menentukan langkah yang akan ditempuh Disdik dalam persoalan tersebut.
“Kami akan lakukan analisa, langkah apa yang akan dilakukan terkait dengan SD Mulyasari itu. Apakah akan dijadikan kelas jauh apakah merger dengan sekolah lain,” kata Ronianto, Senin, 24 Juli 2023.
Menurut Roni sapaannya, opsi paling efektif bisa segera dilakukan adalah dengan dibuat kelas jauh. Nantinya, induk sekolah tetap di SD Negeri Mulyasari, kemudian kelas 1 sampai kelas 2 tetap di kelas SD Negeri Mulyasari, tapi kelas 4 sampai kelas 6 di sekolah lain.
Sementara bila memaksa merger, prosesnya akan lebih lama karena harus dikaji dan mendapat rekomendasi terlebih dahulu.
"Ini akan jadi evaluasi kami di PPDB tahun mendatang, bagaimana mencegah terjadinya ketidakseimbangan siswa. Agar seluruh sekolah bisa merata," pungkas Roni.*Mir