Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan tak membuatnya jauh dari masyarakat. Justru menjadi ruang untuk mengimplimentasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan.
"Sebagai guru, kita harus bermasyarakat dan tentu menjadi warga negara yang taat dan patuh kebijakan. Selanjutnya kita juga harus mengambil peran dalam bermasyarakat,” ujar Tita Budiyati, mengawali pertemuan.
Malang melintang di dunia pendidikan adalah gambaran sosok satu ini. Kecintaannya terhadap pendidikan sudah didambakan sejak lulus SMA.
Tita memilih berkuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) atau UPI. Tak butuh lama, selepas menyandang sarjana tahun 1987, Tita diangkat sebagai PNS pada tahun 1988. Jelas, karir yang begitu melejit ini ia dapatkan berkat kegigihan dan keuletannya.
Ia pun mengawali petualangan sebagai pendidik di SMP N 2 Cisurupan, Kabupaten Garut. Setelah 3 tahun meniti karir, Tita diboyong suami ke Kabupaten Cirebon.
Meski demikian, semangat dan kecintaannya terhadap dunia pendidikan terus bergelora. Setelah pindah ke Cirebon pada tahun 1991, perempuan kelahiran Garut itu mengajar di SMP PGRI Arjawinangun.
Saat itu kondisi SMP PGRI Arjawinangun mengalami kritis karena kesulitan mendapatkan siswa. Hanya belasan siswa yang mau bersekolah di tempat tersebut. Tita tak kehabisan akal. Ia mulai berjibaku mencari formula untuk memecahkan persoalan tersebut.
Beruntungnya Tita sempat aktif di persatuan guru republik Indonesia (PGRI) saat masih di Garut. Ia pun berhasil meningkatkan jumlah siswa SMP PGRI Arjawinangun. Sejak saat itu, ia pun dipercaya menjadi kepala sekolah di tahun 2007.
Tujuh tahun berselang, Tita dialih tugaskan menjadi kepala sekolah SMP Negeri 1 Atap Karang Sembung. Hanya dua tahun berjalan, Tita dipercaya menjadi kepala sekolah SMP Negeri 1 Sedong selama 3 tahun. Selanjutnya ia dipercaya untuk memimpin sekolah SMP Negeri 1 Jamblang dan SMPN 2 Jamblang.
Dan saat ini, Tita didapuk sebagai Kepala Sekolah SMP N 1 Dukupuntang sejak 2021. Karirnya sebagai kepala sekolah SMPN 1 Dukupuntang tergolong moncer. Di tangannya, SMP Negeri 1 Dukupuntang banjir prestasi. Salah satunya, keberhasilannya memperoleh juara 1 sekolah ramah anak tingkat kabupaten dan provinsi.
"Alhamdulillah, kami mendapat juara 1 juga sekolah Adiwiyata Nasional. Dan sekarang kami sedang merintis sekolah Adiwiyata mandiri nasional,” ungkap Tita.
Tak hanya itu, SMP Negeri 1 Dukupuntang juga berhasil meraih nominasi sekolah dengan panganan dan jajanan sekolah aman.
Di sisi lain, Tita mengungkapkan, SMP Negeri 1 Dukupuntang juga memiliki program minimalisasi sampah bernama “zero plastik”. Ini adalah program unggulan yang sedang digalakkan. Tita sadar betul untuk mempertahankan semua prestasi dibutuhkan inovasi program.
Untuk menyukseskan program 'zero plastik’, Tita meminta seluruh siswa agar membawa tepak makan dan botol minuman dari rumah. Dengan begitu, produksi sampah plastik akan berkurang.
Selain itu, Tita juga menyarankan kepada anak didiknya untuk membawa makanan dan minuman dari rumah (bekal) yang disiapkan. Dengan begitu, Tita yakin kesehatan siswa akan terjaga dengan baik.
Tita berharap melalui program tersebut akan menjadi habbit (kebiasaan) dan dapat diterapkan di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.
"Harapan saya, ini tidak hanya menjadi program sekolah, tapi juga harus menjadi habbit warga sekolah untuk tetap peduli terhadap lingkungan,” kata dia.
Apa yang dilakukan Tita bukan tanpa alasan. Selama menjadi guru, ia berpengang teguh pentingnya sikap profesional dalam mendidik murid. “Sebagai orang guru, kita juga harus menjaga profesionalitas. Selain itu, kita juga harus menjadi pelopor pergerakan di tengah masyarakat. Dan itu yang saya tekankan untuk civitas SMP N 1 Dukupuntang,” tandas Tita. *Zak