Fokus 2 edisi Juli 2023

Perpustakaan Daerah (Upperdeck) - Minim Inovasi, Sepi Pengunjung

Ilustrasi Perpustakaan Daerah (Upperdeck) - Minim Inovasi, Sepi Pengunjung

Di awal Mei tahun 2018, Assegaf tak tahu bila hari itu akan menjadi awal ia bergerak dalam ruang literasi. Saat itu ia membaca sebuah berita bertajuk ratusan siswa yang tak bisa menulis dan membaca di Kabupaten Cirebon. Assegaf benar-benar tertarik untuk mengetahui penyebabnya. Ia pun mulai berpikir untuk membagikan bacaan gratis dengan mendatangi anak-anak langsung.

Assegaf mulai merombak sepeda ontel yang ia beli dari temannya seharga Rp 400 ribu untuk diubah menjadi perpustakaan berjalan. Ia pun menamakannya ‘Sepeda Pustaka Literasi Pelajar Tegalgubug.’ Bermodalkan belasan buku koleksinya, di akhir pekan, Assegaf mulai berkeliling menuju sekolah, pondok pesantren, maupun halaman rumah-rumah dimana anak-anak berkumpul.

“Pertama kali saya melakukan itu banyak yang mencemooh, tapi saya tidak peduli. Ternyata respon anak-anak luar biasa. Mereka berebut buku bacaan yang saya sediakan. Mereka punya minat baca buku yang tinggi,” ujar pemilik nama lengkap Muhammad Assegaf, menceritakan.

Menurutnya, kehadiran perpustakaan berjalan menjadi jawaban, bila anak-anak tidak semua malas membaca.

Mereka hanya butuh bahan bacaan yang disediakan. Karena enggak mungkin kalau harus ke perpustakaan daerah yang jauh dan perlu ongkos untuk ke sana,” jelasnya.

Terlebih, sarana literasi di Kabupaten Cirebon, kata Assegaf, dinilai kuno sehingga sepi peminat. Menurutnya, perlu inovasi agar keberadaan perpustakaan menjadi menarik untuk dikunjungi.

Ia berpendapat, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Cirebon harus lebih memperhatikan perkembangan literasi. Salah satunya dengan merawat dan mengelola perpustakaan daerah dengan ragam program.

Bila hanya mengandalkan pelayanan dan kebersihan tempat saja, belum mampu mendorong perpustakaan daerah ramai pengunjung. Diperlukan inovasi dan tawaran yang menarik.

“Memang pelayanannya sudah bagus, tapi tetap pengunjungnya sepi. Jadi selain menyediakan tempat, pemkab juga harus punya inovasi,” kata Assegaf.

Program sepeda pustakanya telah memberikan kesempatan bagi anak-anak yang ingin membaca tanpa harus ke perpustakaan. Telebih variasi buku yang dimiliki Assegaf beragam, dari jenis ilmiah hingga fiksi.

Pria yang juga guru di SMP Khas Kempek tersebut, berkomitmen untuk terus mengembangkan program sepeda pustaka, sehingga lahir budaya gemar membaca.

Ia mengibaratkan, buku sebagai jendela ilmu, sementara perpustakaan merupakan sarananya. Maka, jika menginginkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul pemkab perlu serius mengelola perpustakaan.

“Ibaratnya perpustakaan itu kan jendela ilmu, tapi bagaimana jadinya jika jendela ilmu itu sepi pengunjung,” jelas laki-laki yang hobi bernyanyi tersebut.

Pentingnya jemput bola oleh pemerintah daerah agar  perpustakaan dapat disediakan sejak di tingkat desa dan kecamatan.

Selain itu, dia juga berharap, Disarpus bisa bekerjasama dengan komunitas literasi di Kabupaten Cirebon melalui program peningkatan minat baca.

“Saran saya dukung dan maksimalkan program komunitas-komunitas seperti perpustakaan bergerak, karena perpustakaan bergerak memiliki karakter jemput bola ke daerah-daerah. Jadi jika ada dukungan dari pemerintah ruang komunitas juga lebih luas,” tandasnya.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Kadisarpus) Kabupaten Cirebon Abdullah Subandi mengakui bila perpustakan bagi para pelajar di Kabupaten Cirebon sangat dibutuhkan.

Meski demikian, Subandi mengklaim, Disarpus telah melakukan perawatan dan pembinaan terhadap perpustakaan daerah. “Perpustakaan ini sudah kami pastikan selalu terawat. Karena perpustakaan bisa berguna untuk mencerdaskan bangsa dan membangun pendidikan anak-anak,” ujarnya.

Namun ia tak menampik, jika pengunjung perpustakaan milik daerah sepi pengunjung. Menurutnya hal itu disebabkan minat baca di Kabupaten Cirebon yang dinilai rendah. Alhasil keberadaan perpustakaan bak mati suri.

Saat ini, Disarpus hanya fokus pada bidang perawatan perpustakaan agar buku-buku tetap terjaga dengan baik.

Jika melihat kebutuhan pembaca, Subandi juga berharap perpustakaan bisa tersedia sejak dari tingkat desa dan kecamatan. Hal itu agar anak-anak bisa menikmati buku tanpa harus ke perpustakaan daerah.

Oleh karenanya, Subandi menuturkan, perlunya kerjasama  seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Cirebon untuk mempublikasikan dan mengajak masyarakat mendatangi perpustakaan.

“Kalau hanya kita tentu tidak bisa. Harus bareng-bareng. Apalagi kalau harus ada perpustakaan sejak dari desa, tentu harus ada dorongan dari eksekutif dan legislatif,” pungkas Subandi. *Par

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024