Desa Jatipancur, Kecamatan Greged dikenal desa penghasil pisang unggulan. Benar saja, sebuah kebun pisang raja berdiri di atas lahan 9 hektare, yang dikelola pemerintah desa.
Kuwu Jatipancur Wawan Suhandi mengatakan, pemilihan pisang raja sebagai komoditi utama desanya tentu bukan tanpa alasan. Selain karena berukuran besar, pisang raja dinilai barang yang laris diburu. Terlebih, pisang raja tidak memiliki perlakuan khusus dalam penangannya.
“Sekarang kebun pisang itu dikelola oleh bumdes kami,” ujar Suhandi.
Kebun pisang raja tersebut, direncanakan akan dikembangkan menjadi sebuah agrowisata unggulan. Para pengunjung akan dapat belajar menanam sekaligus memanen buah pisang langsung dari kebun.
“Kedepanya kita akan menjadikan ini sebagai wisata desa. Saat ini kita sudah punya surat keputusan (SK) dari Kemendagri,” ungkap Suhandi.
Sejauh ini, Pemdes Jatipancur telah menyiapkan anggaran Rp 200 juta untuk pembuatan agrowisata kebun pisang yang berasal dari dana desa. Pemdes juga mendapat dukungan dari dana Pagu Indikatif Kecamatan (PIK) Kecamatan Greged senilai Rp 200 juta.
“Alhamdulillah kami sudah dibantu Rp 200 juta. Jadi total kami akan punya Rp 400 juta. Hanya sementara ini akan dialihkan dulu ke pencucian dan kafe,” terangnya.
Suhandi menjelaskan, selain kebun pisang, Bumdes jatipancur telah memiliki unit usaha kafe dan tempat cucian mobil. “Saat ini yang baru berjalan tempat pencucian mobil. Sementara kafe, tempatnya sudah ada tetapi belum lengkap. Perlu ada perbaikan lagi,” jelas Suhandi.
Unit usaha kafe dan tempat pencucian mobil merupakan pintu masuk bagi yang akan berwisata ke kebun pisang raja. Sebelum masuk, para pengunjung bisa bersantai di kafe sambil mencuci kendaraan.
“Ini juga menjadi alternatif untuk mendobrak perekonomian Desa Jatipancur. Kita satu-satu dulu. Soalnya kalau kafe dan cucian, pengunjung sudah ada dan ramai. Tinggal kebun pisan ini,” tutur pria yang hobi koleksi burung tersebut.
Suhandi pun berharap, Pemerintah Kabupaten Cirebon atau Dinas Pariwisata terus membantu pengembangan agrowisata. Menurutnya, tak cukup bila hanya mengandalkan desa. Perlu ada perhatian dari Pemkab agar agrowisata tersebut tidak layu sebelum berkembang.
“Harapan kami dinas pariwisata memperhatikan juga kedepanya bagaimana. Sehingga kita yang di bawah tidak kesulitan. Kita butuh pendampingan tentunya,” pungkasnya. *Kus