Profil 2 edisi April 2023

Aed Saedani - Jatuh Bangun Jaga Bisnis Kerupuk Melarat Warisan Keluarga

Ilustrasi Aed Saedani - Jatuh Bangun Jaga Bisnis Kerupuk Melarat Warisan Keluarga

Kerupuk melarat dikenal salah satu camilan khas Cirebon yang punya nilai historis. Kerupuk berwarna-warni tersebut dibuat dengan menggunakan pasir khusus tanpa digoreng.

 

Salah satu pengusaha kerupuk melarat yang hingga kini masih eksis ialah Aed Saedani. Pria berusia 68 tahun yang saat ini tinggal di Desa Gesik, Kecamatan Tengahtani, itu sudah 43 tahun menjalankan usahanya.

“Ini usah turun temurun dari keluaraga. Awalnya dari orang tua saya, yang kemudian sekarang menjadi usaha keluarga. Saya sudah jualan ini sejak 1980,” ungkap Aed.

Aed menceritakan, awal mula ia memilih meneruskan usaha keluarganya karena peluang bisnis kerupuk pasir dinilai menjanjikan.

“Karena di Cirebon tak sepi wisatawan. Jadi jualan kerupuk melarat masih sangat diburu para pendatang,” jelasnya.

Terlebih untuk membuat kerupuk melarat sangat mudah. Bahan yang digunakan juga gampang ditemukan di pasar.

Selain itu, kerupuk melarat punya keunikan. Cara membuatnya bukan digoreng dengan minyak panas, melainkan disangrai di atas pasir khusus yang telah diayak dan dibersihkan. “Kerupuk melarat ini unik, enggak bikin kolesterol. Rasanya juga khas,” kata Aed.

Saat ini kerupuk melarat yang diproduksi Aed memiliki 3 varian rasa: asin,gurih dan rasa terasi. Tiga varian rasa tersebut menjadi ciri khas usahanya.

“Awalnya hanya 2 rasa gurih dan asin, tetapi karena banyak permintaan akhirnya saya bikin juga yang rasa terasi. Biasanya ini permintaan dari luar kota seperti Majalengka dan sekitarnyaa,” ungkap Aed.

Toko miliki Aed bernama Sumber Rezeki. Aep telah memiliki banyak pelanggan dari dalam dan luar kota. Seperti: Indramayu, Majalengka, Kuningan, Bandung hingga provinsi lain.

“Alhamdulillah saat ini penjualannya sudah sampai luar kota, tidak hanya di Jawa Barat saja. Kerupuk melarat Sumber Rezeki bahkan sudah sampai Yogyakarta,” tuturnya.

Untuk pengiriman, Aed hanya menerima antar di wilayah Tengahtani dan sekitarnya. Sementara untuk pesanan luar daerah, para pelanggan akan datang langsung ke tokonya.

Aed mematok harga untuk kerupuk melarat mentah dari Rp 15 ribu per kilo untuk varian rasa original asin, gurih dan terasi. “Kalau belinya banyak itu kita kasih diskon jadi Rp 14 ribu,” bebernya.

Selama menggeluti bisnisnya, Aed pernah mengalami ketiban durian. Tepatnya di tahun 2006, Aed mendapat pesanan 10 kuintal kerupuk dari pelanggannya di Majalengka.

“Pengiriman paling banyak ke Rajagaluh Majalengka. Itu yang terbanyak selama saya  menjalankan bisnis ini, ungkap Aed.

Sementara omzet bersih saat ini, Aed mampu mengantongi Rp 1 sampai 4 juta per bulan. “Kalau dulu mah banyak. Kalau sekarang, standar saja,jelasnya.

Dalam menjalankan bisnisnya, kendala yang sering dihadapi Aed adalah cuaca. Bila cuaca sedang buruk, tentu kerupuknya tak dapat diproduksi.

“Kendalanya cuaca, kalau hujan terus kita bingung jemur kerupuknya nanti tidak kering-kering. Ini yang membuat produksi bisa lama,” keluhnya.

Selain cuaca, kenaikan harga bahan pokok juga menjadi faktor yang menyebabkan minimnya omzet. Terlebih, kenaikan bahan pokok ini tidak hanya terjadi sekali dua kali. Itu belum menghitung total perawatan alat yang sering kali harus diperbaiki.  

“Banyak masalah mah, mulai dari alat sering rusak, kemudian bahan pokok naik, terus sekarang anak muda jarang ada yang mau bikin kaya gini. Jadi SDM yang buat juga kurang. Kebanyakan orang-orang sepuh,” kata Aed. *Kus

 

 

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024