Bicara religi, Kabupaten Cirebon punya banyak stoknya. Salah satu desa yang juga memiliki wisata religi yakni Desa Sirnabaya.
Desa yang terletak di Kecamatan Gunungjati ini disebut-sebut memiliki kekayaan wisata sejarah dan budaya. Terbukti, ada banyak peninggalan situs yang hingga kini masih digemari pengunjung. Di antaranya, situs makam Nyai Subang Larang, seorang istri dari raja pasundan Prabu Siliwangi. Selain situs tersebut, terdapat pula peninggalan kentongan dan bale.
“Di Desa Sirnabaya ini banyak peninggalan sejarah dari zaman Kerajaan Singopuro yang menjadi cikal bakal penyebaran Islam di Cirebon,” kata Riska Suryadinata, ketua Pokdarwis Desa Sirnabaya.
Banyaknya peninggalan tersebut, membuat Desa Sirnabaya saat ini fokus untuk menjadi desa wisata religi. Meski demikian, untuk mencapai desa wisata religi, Aris sapaannya, megaku belum optimal.
“Memang sekarang belum ada manajemen. Bahkan tidak ada tiketing parkir atau penunjang lainnya,” keluhnya.
Hal itu disebabkan minimnya anggaran. Untuk perawatan situs Makam Nyai Subang Larang saja misalnya, hanya mengandalkan dari bantuan dana Pagu Indikatif Kewilayahan (PIK) kecamatan.
“Itu pun di tahun lalu kita baru dapat. Sementara tahun ini belum. Anggaran kita masih mengandalkan dari kecamatan dan desa, kalau dari kabupaten belum ada,” kata Aris. Ia pun berharap, wisata religi yang mulai digagas ini terus mendapat dukungan dari pemerintah daerah.
Aris optimistis, jika situs dan peninggalan yang ada di Desa Sirnabaya terawat akan ramai wisatawan. Terlebih di Situs Nyi Subang Larang yang merupakan tokoh sejara popular di Jawa Barat.
“Kami sangat yakin ini akan menarik dan mendatangkan para wisatawan luar daerah,” jelasnya.
Peran pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan diperlukan untuk mendukung eksistensi situs di Desa Sirnabaya. “Disini banyak situs yang kurang layak karena kurang perawatan. Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan situs ini,” tambahnya.
Di tahun 2023, Pokdarwis Desa Sirnabaya telah merencanakan tiketing dan pemberdayaan UMKM untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar.
“Per tiket nanti wisatawan akan dikasih cinderamata yang dibuat oleh warga desa. Tiketnya sudah include cinderamata,” tutur Aris.
Tak lupa, Pokdarwis juga tengah menata tempat parkir dan jalan agar lebih aman dan nyaman.
“Kami sedang prioritaskan keamanan dan kenyamanan pengunjung dulu. Intinya kalau sudah aman pengunjung tentunya akan merasa senang,” ujarnya.
Sementar itu Kuwu Desa Sirnabaya Rawin mengatakan, Pemdes Sirnabaya tengah merencanakan pembuatan monumen berupa tokoh dan figur penting pendiri desa. Tak hanya itu, Rawin juga akan mendirikan sanggar sebagai sarana untuk melestarikan budaya sekaligus memfasilitasi para penggiat seni.
“Kita memang sedang mengakomodir para pegiat seni untuk menjaga aset dan warisan leluhur agat tak hilang ditelan zaman dengan membentuk sanggar,” ujar Rawin.
Langkah utama sebelum itu, Rawin akan merombak sedikit tata letak kantor desa sebagai beranda depan desa wisata.
Meski demikian, Rawin menjelaskan, biaya yang harus digelontorkan untuk menjadi desa wisata budaya tidaklah murah. Ia menaksir akan memakan anggaran hingga miliaran rupiah.
“Memang kalau mau serius kurang lebih kita harus gelontorkan Rp 1 miliar anggaran,” jelasnya.
Oleh karenanya, Rawin berharap program tersebut dapat disambut baik dan didukung semua pihak terutama Pemerintah Kabupaten Cirebon.
“Mudah-mudahan program ini bisa didukung penuh agar targetnya cepat selesai. Kita targetkan punya wisata religi,” pungkasnya. *Kus