Keberadaan gerabah di Cirebon diakui telah ada sejak abad 15 M. Pada dekade 1980 hingga 1990 gerabah masih menjadi perabot rumah tangga yang diminati.
Memasuki era 2000, gerabah mulai melepaskan ketenarannya memasok kebutuhan furnitur rumah tangga. Mereka yang bertahan punya alasan kuat akan kerajinan warisan leluhur mereka.
Salah satu perajin gerabah yang masih menggeluti bernama Miskad. Pria kelahiran 1945 silam ini, setiap hari berkutat dengan patung-patung dan kendi-kendi. Miskad mewarisi kepiawaiannya membuat kerajinan gerabah dari kedua orang tuanya.
''Dari zaman presidennya Soekarno, hingga presiden Joko Widodo saya cuman menggeluti gerabah ini,'' ungkapnya.
Ia merupakan generasi ke tiga dari keluarganya. Hingga sekarang Miskad masih memproduksi gerabah khas Sitiwinangun untuk kebutuhan seni. ''Sebulan bisa bikin 20 patung Paksi Naga Liman dan Singa Barong,'' ujar Miskad.
Beberapa gerabah berjenis gentong, kendi, dan teko dihias dengan motif ulur bunga yang menawan.
“Sekarang saya buat bukan hanya perabot melainkan juga karya seni. Dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah,” katanya. ***Soy