Sejak 2019 Pemerintah Desa Weru Lor telah menggagas ide renovasi Lawang Trusmi untuk menjadi kawasan wisata laiknya Jalan Malioboro, Yogyakarta. Berkolaborasi dengan Karang Taruna, keinginan itu pun sempat terealisasikan selama beberapa minggu. Kawasan Jalan Syech Datul Kahfi tampak sepi dari kendaraan maupun pedagang kaki lima (PKL). Hanya wisatawan yang memadati.
Meski hanya sesaat, upaya tersebut diakui memberikan dampak yang signifikan bagi desa maupun masyakarat. Sekretaris Desa Weru Lor Mochamad Rachmat Kurnia mengungkapkan, pendapatan desa maupun warga kala itu bertambah karena banyaknya wisatawan yang berkunjung.
“Tentu hal itu karena akses jalan yang nyaman dan penataan pedagang. Meski sebentar tapi memang dampaknya besar,” ungkap Rachmat.
Pemdes Weru Lor pun berkeinginan penataan Lawang Trusmi bak Malioboro dapat diwujudkan secara berkelanjutan. Meski begitu, kata Rachmat, wacana tersebut tentu tak semudah membalik tangan.
“Perlu anggaran besar karena banyak yang harus dipersiapkan. Mulai dari renovasi maupun biaya infrastruktur lainnya seperti fasilitas penunjang yang juga harus diperhitungkan,” kata dia.
Oleh karenanya, upaya ini tentu tak dapat dilakukan jika hanya mengandalkan pemdes. Melainkan juga harus didukung keseriusan Pemerintah Kabupaten Cirebon sebagai pemegang kewenangan.
“Mengingat lokasi yang akan dimanfaatkan itu Jalan Syekh Datul Kahfi kewenangannya kabupaten. Makanya kita juga kurang leluasa merealisasikan keinginan tersebut,” jelas Rachmat.
Meski demikian, Pemerintah Kabupaten Cirebon telah menargetkan renovasi Kawasan Batik Trusmi pada 2023 mendatang. Mereka akan mempercantik Lawang Trusmi menyerupai Malioboro secara bertahap. Dimulai dari peningkatan jalan dua lajur sepanjang 400 meter, peningkatan median hingga trotoar dan penataan PKL.
“Kita hanya berharap semua potensi yang dimiliki Desa Weru Lor bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena tentu selain dapat meningkatkan pendapatan daerah juga mendongkrak PADes kami di desa. Semoga segera terealisasi,” pungkas Rachmat. *Mir