Laki-laki yang satu ini merupakan seorang pengusaha dari Cirebon wilayah timur. Usahanya yang bernama CV WTN Jaya tersebar di 2 tempat, di antaranya Desa Pengarengan dan Desa Gebang Mekar. Bisnisnya ini merupakan penjualan garam dan ikan, tak ayal namanya sudah tidak asing bagi para petani garam dan nelayan di wilayaha setempat.
Jauh sebelum terpilih menjadi legislator, Tanung lebih dulu menggeluti bisnisnya berdagang hasil laut yang ia mulai sejak tahun 2000. Dimulai dari berbagai jenis ikan tangkap.
“Dari tahun 2000 hingga 2009, bisa dibilang usaha saya meningkat. Saya memiliki banyak pelanggan yang tersebar di beberapa wilayah 3 Cirebon. Dalam sehari saya bahkan mampu menjual 7 hingga 15 ton ikan,” ungkap Tanung.
Memasuki medio 2010, bisnis penjualan ikannya berada di titik nadir. Ia tengah mengalami kebangkrutan akibat pasokan ikan yang menurun. Tanung pun terpaksa memilih gulung tikar.
Meski demikian, Tanung tak menyerah begitu saja. Ia beralih berbisnis garam di tempat kelahirannya, Desa Pengarengan, Kecamatan Pangenan. Bisnis garamnya pun sedikit-demi sedikit meningkat tajam dalam 3 tahun.
Hingga pada 2013, Tanung harus menelan pil pahit kembali karena harga garam saat itu sedang turun, ditambah produksi garam yang tengah anjlok. Akibatnya ia juga sempat kewalahan. Namun kali ini, ia tak buru-buru berhenti. Ia tetap bertahan menekuni bisnis garam,
“Saya menyadari kalau bisnis apapun pasti mengalami harga tinggi dan turun. Apalagi berbisnis garam yang tak selamanya untung. Makanya saya tetap bertahan untuk memilih menjadi penjual garam ini,” jelas Tanung.
Di tahun yang sama, Tanung yang memiliki banyak relasi ternyata diminta menjadi tim sukses (timses) salah satu caleg. Semula ia pun menyanggupinya. Seiring perjalanannya, Tanung yang semakin dikenal masyarakat mendapat respon positif dan mudah . Tak disangka, ia bahkan diminta mencalonkan pula menjadi caleg.
“Awalnya memang timses tapi justru saya didorong untuk maju. Setelah berdiskusi dengan keluarga akhirnya saya pun menerimanya untuk maju menjadi caleg kabupaten. Alhamdulillah Pileg 2014 saya terpilih,”ujar pemilik nama lengkap Tanung Hidayat.
Memilih menjadi politisi, bagi Tanung juga tak terlepas dari kisah masa kecilnya. Semasa kanak-kanak, ia telah merasakan asam garam hidup. Untuk berangkat sekolah di SMP 3 Kanci, Tanung remaja, harus berjalan kaki terlebih dahulu sejauh 5 kilo. Tak ayal ia akan selalu kesiangan.
“Setiap berangkat sekolah, kalo tidak numpang teman saya jalan kaki, jadi hampir setiap hari kesiangan,” tuturnya.
Setiap libur sekolah, Tanung pun kerap menghabiskan waktunya untuk berdagang. Ia akan bepergian ke Ibukota Jakarta untuk berjualan ikan, berjualan buah di festival bancakan Sindanglaut dan Pasar Babakan. Bahkan hingga SMK, kebiasaan itu ia lakoni. Tanung menjajakan buah di dalam bis kota jurusan Cirebon-Ciledug.
“Ya kalau dibandingkan 11 saudara, sepertinya hanya saya yang mengalami menjadi orang susah. Untuk bisa jajan saya harus berjualan dulu,” kenangnya terkekeh.
Menahun berdagang dan merasakan susah, menumbuhkan empatinya yang besar. Tanung berkeinginan membantu masyarakat yang kesulitan terutama dalam mendapatkan hak pendidikan dan kesehatan.
“Saya pernah menjadi orang susah, itulah kenapa saya ingin membantu masyarakat yang kesulitan. Banyak warga tak mampu yang enggak bisa berobat karena belum punya kartu sehat. Ada juga warga yang tak bisa beli buku maupun sekolah karena hanya cukup untuk makan,” jelasnya.
Ia pun mengaku, sejak terpilih hingga di periode keduanya saat ini, ia telah banyak diminta tolong para warga yang kesulitan mendapatkan kartu kesehatan (KIS). Ia juga telah menginisiasi pendirian saung literasi dengan mendirikan taman baca di Desa Babakan, Gagasari hingga Pasaleman. Tak sedikit para penggeraknya anak-anak disabilitas,” tambah Tanung.
Meski di tengah kesibukannya menjadi wakil rakyat, Tanung tetap konsisten menggeluti bisnisnya menjadi penjual garam. Baginya konsistensi merupakan kunci kesuksesan.
“Yang saya dapatkan saat ini merupakan hasil dari perjuangan saya dari bawah, doa orangtua serta konsisten. Jadi tidak ujug-ujug warisan dari orangtua atau apa, makanya saya tetap berwirausaha,” pungkasnya. *Par