Laki-laki yang satu ini terlihat begitu ramah. Humble. Senyumnya sumringah saat diajak bicara. Bahasanya lugas.
Pria yang pernah bersekolah di MTs Negeri 1 Ciledug ini, juga seorang pengusaha percetakan dan advertising yang telah memiliki dua kantor cabang di Desa Pabuaranlor dan Desa Cipeujeuh.
“Iya selain jadi dewan, saya saat ini sedang menggeluti usaha percetakan dan ada juga sembako di rumah. Usaha ini sudah ada sebelum saya jadi anggota dewan,” ujar pemilik nama lengkap Syahril Romadhony.
Doni, sapaan akrabnya, memiliki hobi berolahrga seperti bersepeda dan lain sebagainya.
“Hobi saya suka bersepada kalau sore, kadang juga bermain biliard untuk mengisi waktu luang saja. Namanya juga hobi. Makanya kalau malam minggu saya jarang tidur sore,” jelasnya sambil tersenyum.
Doni memilki pengalaman masa lalu yang luar biasa. Sejak dulu ia merupakan anak yang mandiri, ketika berkuliah ia sudah bekerja di salah satu bank swasta gun menutupi kebutuhan hidupnya di jaJkarta.
“Dulu saya kuliah di Universitas Tri sakti Jakarta makanya saya dituntut mandiri karena jauh dari orangtua saat itu,” kenangnya menceritakan.
Saat di Jakarta, Doni juga sempat mengalami pengalaman yang cukup sedih. Karena jauh dari orang tua, Doni harus mencari tambahan untuk membiayai kuliah dan kebutuhannya sehari-hari.
“Saya dari orangtua di kasih, tetapi kurang. Hidup di Jakarta itu besar ongkosnya. Makanya saya sempat juga menjadi tukang ojek pengkolan, apalagi dulu enggak ada ojek online seperti sekarang ini. Ya itu sudah konsekuensi saya,” tambah Doni.
Doni mengungkapkan, jika awalnya ia tidak tertarik sama sekali dengan politik. Apalagi dulu ia pernah bekerja di bank dan bekerja di Pertamina hingga menjabat sebagai project manager. Ia hanya punya ketertarikan menjadi kuwu di desa. Baginya menjadi kepala desa merupakan harapan sejak ia masih muda.
“Saya dulu awalnya cuman ingin menjadi kepala desa di desa saya. Karena terinspirasi dari Desa Ponggok, salah satu desa di Kabupaten Klaten yang punya PADes hingga Rp 19 miliar,” jelasnya.
Doni melihat potensi Desa Pabuaranlor sangat besar dan bisa menjadi desa yang maju. Ia pun sempat menikuti kontestasi pada Pemilihan Kuwu (Pilwu) pada 2017.
“Pabuaran ini potensi banyak. Ada pasar, sawah yang luas. Serta memiliki banyak sungai yang kita bisa gali potensinya. Pabuaran itu bisa jadi potensi yang sangat besar,” kata Doni.
Meski gagal dalam Pilwu, Doni tidak putus asa. Cita-citanya untuk membangun desa, ia pun salurkan dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2019.
“Setelah kalah dari Pilwu, saya masuk Banteng Muda Indonesia (BMI) dan masuk partai PDI Perjuangan di Kabupaten Cirebon. Tak lama saya ikut Pileg dan terpilih menjad anggota dewan,” ujarnya.
Perjalanannya menjadi DPRD tak mudah ia dapatkan. Ia harus mengorbankan pekerjannya terlebih dahulu di Pertamina.
“Ya saya harus memilih waktu itu, walaupun jabatan saya lumayan,” kata Doni.
Namun tekad Doni terjun ke dunia politik karena menginginnkan perubahan lebih besar.
“Kita punya planning membesarkan daerah saya, minimal bagaimana di daerah saya agar infrastrukturdan lain sebagainya itu bisa baik,” jelas Doni
Doni berharap anak muda haus bisa menjadi penguasaha muda. Grade anak muda harus naik dan tidak stalk. Ia juga senantiasa mendorong para pemuda di desa untuk mau berwirausaha dan berbisnis untuk bekal hidup masa depan.
“Pemuda gradenya harus naik ketika hari ini kita dapat gaji Rp 2 juta bulan depan harus naik ke angka 3 sampai 5 juta,” pungkasnya. *Kus