Fokus 4 edisi September 2021

asdf

Ilustrasi asdf

Seperti apa pengelolaan TPI di Karangsong, mengapa memiliki PAD yang begitu besar?

Sebelumnya, saya perlu tekankan bahwa apa yang telah dicapai TPI Karangsong ini, tak semudah seperti membalikan telapak tangan. Semua itu melalui proses yang  panjang. Apalagi tak mudah untuk mendorong para nelayan menjual hasil lautnya melalui TPI. Karena para dasarnya nelayan pemilik kapal sering lebih dulu terikat dengan para tengkulak.

Jadi sekali-lagi, enggak ujug-ujug langsung besar. Banyak tahapan yang telah kita lewati. Dari memfasilitasi nelayan mulai permodalannya dari bekal berlayar, memberi asuransi kesehatan, sampai membantu jika ada yang terjerat hukum. Bahkan mereka yang bukan anggota koperasi juga bisa kita bantu perbekalan untuk mereka berlayar.

Jadi kalau kita mengajak nelayan untuk menjual di TPI tapi kita tidak menanggung kebutuhan nelayan. Para nelayan juga akan enggan menjual melalui TPI. Makanya kita bantu itu.

Jadi nelayan yang menjual melalui TPI, ditawarkan keuntungan?

Benar. Kita tawarkan pelayanan yang didapatkan jika melelang di TPI Karangsong. Apalagi perkembangan bisnis sekarang begitu luarbiasa. Hal-hal yang biasa nelayan dapatkan melalui tengkulak. Kita hadirkan di koperasi. Misalnya kemudahan mendapat Sisa Hasil Usaha (SHU) melalui koperasi. Jadi kalau nelayan bermasalah pun kita selesaikan bersama.

Selain itu, kita keluarkan untuk asuransi nelayan ada klinik gratis untuk anak buah kapal (ABK). Bahkan kalau untuk nahkoda dan pemilik kapal, jika mereka mau berobat ke tempat lain atau rumah sakit lain juga kita bantu biayai. 

Kemudian kita juga siapkan pasar yang baik bagi nelayan. Kalau pasar kita bagus akhirnya nelayan datang sendiri. Bahkan sering juga nelayan yang dari luar daerah memilih melelang ke sini. 

Sebenarnya nelayan yang menjual ke tengkulak harga kan enggak bisa komplain. Tapi kalau di TPI bakul kita datangkan, dan nelayan bisa memilih harga tertinggi. Tapi bagaimana dengan nelayan yang telah makan modal dari tengkulak. Akhirnya mau-tidak mau harus ke bakul. Makanya kita selalu ingatkan kalau nelayan ingin besar jangan terjerat dengan tengkulak. 

Lalu bagaimana dengan para tengkulak?

Tentu hal yang tak kalah penting, kita juga bermitra dengan para bakul. Selain memberi kemudahan para nelayan kita juga memberi keuntungan para bakul. Jika bakul enggak ada modal kita bantu. Para bakul ini kita fasilitasi dan banyak juga yang berasal dari luar daerah termasuk dari Celancang, Gunungjati Kabupaten Cirebon. 

Sementara dari mana modal  koperasi itu berasal?

Itu berangkat dari penegakan Peraturan Daerah (Perda) yang serius di Kabupaten Indramayu. Salah satunya ihwal retribusi yang harus dialokasikan ke beberapa pos untuk sosial. Kunci utamanya pertama sejauh mana keseriusan aturan Perda diterapkan.

Perda mengatur salah satunya semua hasil tangkapan laut wajib melalui tempat pelelangan yang dikelola melalui koperasi. Meskipun bukan anggota nelayan harus menjualnya melalui TPI.

Dalam koperasi ada kesepakatan simpanan wajib dan pokok bagi anggota. Aturan mainnya 3 persen dari hasil pelelangan wajib menjadi simpanan. Contohnya nelayan yang dapat Rp 100 juta hasil pelelangan berarti  ia harus menyisihkan Rp 3 juta untuk simpanan. 

Dari simpanan wajib itu, kita alokasikan untuk membantu permodalan para nelayan juga. 

Saat ini berapa yang telah bergabung menjadi anggota koperasi KUD Mina Sumitra?

Anggota yang tercatat sekitar 5 ribuan namun yang aktif hanya 70 an. Tapi dari 70 orang itu, tiap orangnya memiliki kapal lebih dari satu. Jadi yang bergabung di koperasi rata-rata para nelayan yang usahanya stabil. Kebanyakan kapal yang ada berukuran 30-140 GT yang ada di Karangsong.

Berapa angka retribusi bagi yang melelang di TPI?

Rincian retribusi itu kita ambil dari omzet pelelangan. Kita enggak pilih-pilih kapal semuanya 5 persen. Hasil produksi itu dipotong retribusi untuk daerah 2,25 persen. Sisanya dikelola oleh kami untuk Asuransi Nelayan (Asnel), kesehatan nelayan maupun modal nelayan. 

Bagaimana dengan peran dinas kelautan?

Kita tidak mengandalkan program dinas. Dinas hanya memberi penyuluhan kesadaran untuk nelayan dengan penegakan perda. Kita hanya fokus pada manajemen koperasi. Kalau koperasi kuat dan mendatangkan bakul. Saya yakin nelayan datang sendiri. Alhamdulillah karena perdanya jalan, dinasnya jalan kita semua mudah untuk mengelola TPI. Bahkan saat ini kas kita mencapai Rp 80 miliar.

Ini semua berkat para pendahulu kita yang telah awal mula mengembangkan TPI. *Suf

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024