Apa yang ada di benak saat mendengar kotoran sapi? Bagi kebanyakan orang, tentu, barang kotor itu hanya bisa dibuang atau dihanguskan. Namun di tangan pria satu ini, barang kotor tersebut menjadi bernilai dan ramah lingkungan.
Adalah Iqbal Iswanto, yang telah berinovasi membuat biogas dari kotoran sapi. Dengan alat sederhana, Iqbal memanfaatkan kotoran sapi tersebut menjadi energi pengganti gas.
"Dengan alat sederhana, alhamdulilah saya bisa membuat biogas, walaupun kapasitasnya masih sedikit, paling kemampuan menyala di kompor hanya 30 menit," ujar Iqbal.
Untuk diketahui, biogas adalah gas alami yang dihasilkan dari pemecahan bahan organik oleh bakteri anaerob dan digunakan dalam produksi energi.
Biogas berbeda dengan gas alam karena biogas merupakan sumber energi terbarukan yang diproduksi secara biologis melalui pencernaan anaerobik.
Warga Desa Warukawung, Kecamatan Depok menjelaskan, biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi ini sebelumnya ditampung dalam wadah tertutup untuk difermentasi.
Untuk membuat biogas, dibutuhkan kotoran dari 3 ekor sapi. Selanjutnya kotoran tersebut akan dicampur dengan air selama tiga minggu. Setelah itu, biogas akan terbentuk dan dapat dialirkan melalui pipa untuk kebutuhan sehari-hari pengganti gas tabung.
Agar durasi bioagas dapat bertahan lama, dibutuhkan penyimpanan dan minimal 3 tabung besar. Tabung pertama untuk pencampuran bahan, tabung ke dua untuk penyimpanan, dan tabung terakhir untuk penyimpanan gas.
“Proses tersebut cukup untuk kebutuhan rumah sehari-hari, untuk masak, bikin kopi dan lain-lain,” terang Iqbal.
Menjadi peternak sapi di usia 23 tahun merupakan pilihan hidupnya. Iqbal tak gengsi sedikitpun. Justru ia sangat berbangga melakoni pekerjaannya. Iqbal menyadari, banyak potensi sumber daya alam di desanya yang harus dikembangkan.
"Memang setelah lulus SMK, saya langsung mendalami peternakan. Enggak kerja kemana-mana. Kebetulan orang tua saya juga peternak kambing sampai sekarang. Jadi saya termotivasi untuk mengembangkan diri, dan saya pun bangga menjadi anak peternak," jelasnya.
Iqbal berharap banyak pemuda yang bisa mengikuti jejaknya untuk menjadi peternak sapi, karena beternak sapi sangat potensial dan menjanjikan.
"Bila ada teman-teman yang mau belajar, rumah saya terbuka dan saya pun siap untuk sama-sama belajar untuk kemajuan bersama," tambahnya.
Selain membuat biogas dari kotoran, Iqbal juga mampu mengolahnya menjadi pupuk kandang. Sisa kotoran sapi, ia campurkan dengan abu sekam dan serbuk kayu. Dalam seminggu, Iqbal mampu memproduksi sekitar 1 kuintal pupuk kandang.
"Kalau pupuk organik saya jual sekitar Rp 1.000 sampe 1.500 per kg. Kalau pupuk urine sapi saya biasa jual sekitar Rp 80 ribu per 5 liter," jelasnya.
Iqbal belum bisa melanjutkan biogasnya karena membutuhkan biaya besar untuk proses instalasi. Waktu itu ia memanfaatkan tabung ukuran 100 liter untuk menghasilkan gas berdurasi 15 menit. Saat ini ia masih berfokus ke pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk pupuk organik padat dan cair.
Prosesnya hampir sama dengan pembuatan biogas, pembuatan pupuk organik cair ini menggunakan urine sapi yang dicampur dengan rempah-rempah seperti kunir kencur terasi dan lain-lain. Setelah itu disimpan dalam tong besar dan menunggu fermentasi selama tiga minggu.
Saat ini, Iqbal aktif menjadi peternak milenial Jawa Barat dan sering mengikuti pelatihan yang dilaksanakan dinas pertanian.
Pria lulusan SMK Al Musyawirin Weru itu berharap, biogas dan pupuk kandang miliknya bisa terus dikembangkan kedepannya. Sehingga memberikan manfaat bagi para petani di Kabupaten Cirebon. *Soy