Semula warga Desa Wangkelang sering mengalami kesulitan air. Kontur tanah yang tidak merata menjadi penyebab mata air semakin langka. Menggali sumur pun tidak bisa.
Namun semua berubah setelah Budan Usaha Milik Desa (Bumdes) Berkah Sejahtera Wangkelang hadir pada 2017 silam. Bumdes ini menyediakan air bersih untuk masyarakat yang membutuhkan, melalui program Water Supply and Sanitation for Low Income Community, disingkat WSSLIC.
"Kami mendekatkan air bersih ke masyarakat. Ada masyarakat yang berada di bawah justru buat kolam. Padahal yang lain membutuhkan. Wah ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus fasilitasi agar air merata," ujar Ketua Bumdes Berkah Sejahtera Dada Dasman menceritakan.
Dada mengatakan, program WSSLIC diatur sedemikian rupa agar terus eksis dalam distribusi air kepada masyarakat secara merata. Dada menerapkan pengukuran untuk setiap pendistribusian air.
Modal awal usaha penyediaan air bersih ini berasal dari bantuan Bumdes senilai Rp 120 juta. Dari modal itu dialokasikan untuk biaya pipanisasi dan pengeboran di tiga titik.
Masing-masing titik pengeboran itu mencapai kedalaman 120 meter dari permukaan tanah. Sehingga tidak mengganggu mata air yang lain.
Dada membuat manajemen WSSLIC menjadi lebih profesional dengan menghadirkan tenaga kerja dan operasional kerja.
Program WSSLIC Jangkau 400 Rumah
Berkat kerja keras Dada dan anggotanya, Bumdes Berkah Sejahtera mampu menyalurkan air bersih ke ratusan rumah.
"Semuanya ada 700 rumah. Konsumen kami sudah 400 rumah atau 60 persen. Sisa 300 yang belum," ungkap Dada.
Dada mengungkapkan, melalui WSSLIC pengunggunaan air bersih lebih efektif dan irit dibanding sumur bor.
"Sumur bor itu kan biaya juga. Di dalam satu rumah, rumah tangga kecil, paling 1 kubik cukup. Jadi pakai WSSLIC lebih irit," ungkapnya.
Selain membantu masyarakat, Bumdes juga mampu menghasilkan omzet dari program tersebut. Setiap bulannya, bumdes memperoleh 20 juta.
"Rata-rata dalam sebulan per rumah membutuhkan 20 kubik, dikali 400 rumah. Dibulatkan 10.000 kubik aja. Dikali Rp 2 ribu harga per kubik. Jadi sekitara Rp 20 juta," ungkap Dada. Meski demikian, belum semua warga membayar tepat waktu.
"Kami perkiraan yang macet per bulan ada Rp 7 juta. Jadi kira-kira per bulan kami mendapat omzet Rp 13 juta," kata Dada.
Namun Dada telah mengatasi masalah itu. Bumdes melakukan berbagai upaya persuasif. Di antaranya dengan melayangkan surat.
"Untuk meningkatkan tagihan ini kami juga berusaha keras. Alhamdulillah dengan adanya surat pemberitahuan, surat peringatan, ada peningkatan," katanya.
Dada berharap kedepan program penyaluran air bersih ini bisa terus berkembang, bahkan sampai ke luar desa jika memungkinkan.
"Di luar desa juga ada pengelola air bersih. Sifatnya saling menghargai. Tapi tidak menutup kemungkinan, kalau ada yang membutuhkan ya kita salurkan,” jelasnya.
Ia juga berharap ada pendampingan dari pemerintah daerah agar program WSSLIC di Desa Wangkelang lebih berkembang.
Bumdes Berkah Sejahtera telah memberikan dampak positif yang dinikmati warga desa. Dampak tersebut dimulai dari distribusi air yang lebih merata dan lancar, sarana mck berfungsi dengan baik.
“Juga teratasinya konflik akibat kesenjangan pemanfaatan air, pemberlakuan iuran air secara terukur, sehingga mendukung pengembangan ekonomi lokal juga,” pungkas Dada. *Iz