Hobi tak memandang profesi, jabatan dan usia. Siapapun bisa berada di jalur yang sama. Begitulah kira-kira ungkapan Emha Syahrul Alam, anggota DPRD Kabupaten Cirebon yang hobi menaklukkan tebing curam dengan motor trailnya.
Pria 38 tahun ini, rupanya memiliki semangat yang tak lekang usia, terutama jika menyangkut hobinya. Alam menggemari hobi yang cukup menantang: nge-trail.
Bersama komunitasnya bernama Ciremai, Alam sudah menaklukkan hampir seluruh area pegunungan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sudah 13 tahun Alam menggeluti hobi trail. Mulanya ia diajak teman, akhirnya senang dan keterusan.
"Awalnya diajak teman kegiatan baksos sama polres, akhirnya senang dan berkelanjutan sampai sekarang," katanya.
Nge-trail sudah menjadi bagian dari hidup Alam. Bersama komunitasnya, Alam masih rutin nge-trail untuk mengisi waktu luang.
Bagi Alam, nge-trail bukan sekadar hobi. Lebih dari itu, yakni kebersamaan dan kesetaraan.
"Memang di jalur kan yang diutamakan kebersamaan. Siapa saja yang jatuh ditolong. Melatih kebersamaan. Engga ada ego. Kalau di jalur, ya lepas baju. Engga ada dandim, kapolres, DPRD, masyarakat biasa. Semua sama," katanya menjelaskan.
Karena itulah, mengapa Alam berani memulai hobinya. Alam tak takut mencoba, sebab ia yakin akan banyak orang yang menolong dirinya.
"Pertama kali coba ya biasa aja. Enggak takut, soalnya banyak teman. Kalau jatuh banyak yang nolongin," ucapnya.
Alam tidak memungkiri bahwa setiap hobi adalah untuk hasrat kepuasan tertentu. Misalnya ketika nge-trail ia merasa puas jika berhasil menaklukkan tantangan.
Meski banyak orang yang menilai ngetrail adalah hobi yang berbahaya, bagi alam justru sebaliknya. Ketimbang di jalanan, ngetrail adalah hobi yang jauh lebih aman.
Ketika ada jadwal nge-trail, Alam biasanya berangkat pagi dan pulang malam. Namun tak jarang, ia baru sampai di rumah saat subuh. "Kalau kejebak hujan atau longsor sampai subuh," paparnya.
Sebenarnya nge-trail bukan hobinya yang pertama. Sebelumnya Alam telah menggeluti hobi vespa ketika ia tinggal di Yogyakarta. Lagi-lagi karena alasan sama: kebersamaan dan kesetaraan.
"Di vespa juga sama, ada kebersamaan. Beda dengan hobi mobil, biasanya ada yang ngelit,” terang, mantan Kuwu Desa Gombang tersebut.
Kebersamaan itu rupanya bukan jargon belaka. Alam bersama komunitas Ciremai sering melakukan bakti sosial sebagai perwujudan rasa kebersamaan saat di jalur, terutama ketika terjadi bencana alam.
"Di komunitas itu kita lihat situasi. Kalau ada bencana, kita kompak. Sekarang pun kita berangkat ke Cianjur membantu mendistribusikan bantuan. Jadi, bukan hanya kumpul, terus gas-gasan saja," katanya.
Bagi Alam nge-trail telah memberikan banyak dampak positif kepadanya. Dari nge-trail, Alam mendapat kesempatan mengenal masyarakat dari dekat. Tidak jarang ia singgah ke suatu tempat, kemudian bercakap-cakap ringan dengan warga sekitar.
Bahkan sebelum melewati jalur, Alam harus memahami dulu kondisi masyarakat di sekitar jalur trail yang akan ia lewati, terutama ketika akan menggelar event. Alam juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak merusak pepohonan dan habitat.
"Kita juga melihat masyarakatnya gimana. Ketika ada event juga kita izin ke desa yang dilewati. Kalau ada kita iuran, dapat berapa kita disumbangin semen buat tambal-tambal jalan," ujarnya.
Setelah semua rambu-rambu itu dijalankan, barulah Alam menjalankan aksinya. Menarik gas, mendaki gunung dan lewati lembah. Menaklukkan setiap tantangan di jalur dan medan. "Ngetrail itu tak sopan di jalur, tapi Tak Sopan di palanan," pungkasnya berkelakar. *Muiz