September 2004, Jacques Santini dibuat geram oleh frase ‘parkir bus’. Adalah Jose Mourinho yang pertama kali mengatakan frase itu. Ia mengkritik taktik Santini saat menukangi Tottenham Hotspur dalam lawatan ke kandang Chelsea, yang kala itu dilatih Mourinho.
Taktik Santini yang memarkir 10 pemainnya di depan gawang, membuat Mourinho kesal. Pasukannya tak mampu menembus pertahanan Hotspur. Mourinho dipaksa harus menerima hasil 0-0, sambil melabeli taktik Santini dengan parkir bus.
Jadilah: Mourinho kesal, Santini geram. Itulah dinamika sepakbola, menuntut untuk terus berkreasi dalam teknik dan taktik. Kadang harus parkir bus, kadang juga harus total football, semua pemain, termasuk kiper turut penyerang.
Bagaimana dengan pengelolaan pemerintahan, terutama dalam peningkatan pajak dan restribusi parkir? Manakah yang lebih cocok, parkir bus atau total football?
Di era sekarang pergerakan orang dan barang semakin tinggi. Jumlah kendaraan meningkat pesat. Tempat parkir menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan, terutama di pusat kegiatan dan pelayanan masyarakat, seperti pasar, rumah sakit, pengurusan administrasi kependudukan, hingga kantor kepolisian.
Kondisi ini tentu memaksa pengelolaan parkir harus maksimal. Pertama, ini berkaitan dengan ketertiban umum. Bayangkan jika parkir liar terjadi di ruas-ruas jalan, tentu ini akan mengganggu mobilitas masyarakat, dan bisa menimbulkan kerawanan sosial.
Kedua, parkir yang berserakan juga sangat mengganggu keindahan sebuah daerah. Ini sangat tidak elok untuk para tamu, terutama wisatawan. Dan terakhir, tentu saja tidak terkelolanya pajak dan retribusi parkir.
Pada titik inilah pengelolaan parkir harus menerapkan strategi total football. Kenapa begitu? Karena parkir berkaitan dengan beberapa sektor, mulai dari pendapatan daerah, tata ruang, pariwisata, perhubungan, perdagangan, industri, hingga keamanan dan ketertiban umum.
Menertibkan parkir berarti memperlancar mobilitas orang dan barang. Kelancaran lalu lintas juga mempermudah peningkatan industri dan perdagangan. Keindahan tata ruang juga semakin mempercantik destinasi wisata. Sehingga tercipta rasa aman dan ketertiban umum, yang ujungnya mampu meningkatkan pendapatan daerah.
Namun demikian, pada saat yang bersamaan pengelolaan parkir juga harus menerapkan strategi parkir bus. Negara harus kuat menghadapi berbagai dinamika pengelolaan parkir, seperti premanisme dan gangguan keamanan. Jika negara lemah, maka penertiban menjadi sesuatu yang mustahil.
Di sisi yang lain, parkir bus juga sangat berguna dalam menjaga pendapatan negara agar tidak bocor. Harus dibuat sistem yang rapih agar pajak dan retribusi parkir tidak tercecer dimana-mana. Negara harus punya mekanisme pertahanan yang kuat dari segala kebocoran.
Bagaimana caranya agar pertahanan parkir bus menjadi kuat? Semua sektor harus padu. Artinya, pada saat yang bersamaan penerapan parkir bus juga harus diimbangi dengan total football.
Sebagaimana juga keberhasilan Chelsea menjuarai Primer League pada musim 2014-2015. Mourinho yang berkesempatan menjadi pelatih Chelsea pada periode kedua justru menerapkan parkir bus. Strategi yang sebelumnya ia kritik, justru ia gunakan untuk kembali menjadi juara.
Ini menunjukkan bahwa sejatinya pertahanan terbaik adalah menyerang. Dengan kata lain, pertahanan dan serangan terbaik adalah keterpaduan semua pemain dalam kesatuan tim. Jadi, kemenangan tercipta jika kita mampu menyerang dan pada saat yang bersamaan bertahan dengan baik.
Nah, untuk itu, agar parkir kendaraan tertib dan meningkatkan pendapatan daerah, kita harus total football dan parkis bus secara bersamaan. Jika kita mampu melakukannya, maka penonton (masyarakat) akan bahagia, semua sektor bahagia. Selamat menyambut Cirebon Bahagia.