Inspirasi edisi September 2022

Batik Buana Mas (Upperdack) - Dulu Dijual Jalan Kaki, Kini Punya Pelanggan Luar Negeri

Ilustrasi Batik Buana Mas (Upperdack) - Dulu Dijual Jalan Kaki, Kini Punya Pelanggan Luar Negeri

Tak hanya dikenal karena keberadaan makam keramat wali, Kabupaten Cirebon juga salah daerah yang memiliki para pengrajin batik. 

Tak sedikit, para pengrajin batik ini telah sukses dan menginspirasi bagi kebanyakan orang.

Salah satunya Elivinia. Perempuan 55 tahun ini merupakan pengusaha batik khas Cirebon bernama Buana Mas.

Sudah 32 tahun lamanya Elivinia menggeluti batik. Bukan tanpa alasan, ia ingin melanjutkan bisnis orang tuanya. Darah bisnis pun mengalir dalam dirinya. Meski demikian, Elivinia memilih membangun usahanya sendiri.

Saat merintis, beragam strategi penjualan pernah Elivinia lakukan. Ia memulainya dengan berjalan kaki menawarkan batik Buana Mas ke rumah-rumah warga.

Selepas itu, ia mencoba menjajakannya di pasar kota-kota besar.

“Zaman dulu lebih tangguh. Saya harus membawa banyak barang produksi batik saya untuk ditawarkan ke toko-toko maupun pelanggan di luar daerah,” ungkapnya.  

Namun Elivinia begitu optimis bahwa proses tak menghianati hasil. Ia memutar otak agar bisnisnya terus berkembang. Setelah enam tahun merintis, ia bergabung dengan Asosiation Women Club International dan seringkali mengikuti pemeran batik. 

Sejak mengikuti pameran batik, kerja keras itu mulai terlihat hasilnya. Barang dagangannya semakin diminati pembeli. Pernah dalam satu pemeran batik di Sukabumi, batik Elivinia banyak terjual hingga mendapat penghargaan. 

“Alhamdulillah saat mengikuti pameran, saya selalu dinanti banyak pelanggan. Saya juga pernah mendapat pelanggan yang berani membayar dulu 200 potong kain batik padahal barangnya masih proses produksi,” jelasnya. 

Saat ini, pemilik UMKM Buana Batik Mas tersebut, telah memiliki sekitar 500 karyawan. Harga batik yang ia jual bervariatif. Dari harga Rp 100 ribu hingga Rp 1,5 juta. Tak aneh omzetnya kini mampu mencapai Rp 400 sampai Rp 500 juta dalam bulan. 

Elivinia berhasil memanfaatkan media sosial untuk memasarkan batik miliknya.

“Dengan memaksimalkan media sosial mulai dari whatsapp hingga instagram, Alhamdulillah sekarang saya punya banyak pelanggan tetap,” katanya. 

Kini barang dagangannya telah terjual ke seluruh provinsi Indonesia. Bahkan tak hanya dalam negeri, produknya kini merambah hingga ke pasar luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Jepang.

Batik Buana Mas berjenis tulis dan cap dari kain katun dan sutra. Beragam motif pun tersedia. Dari megamedung, kompeni, hingga kawung yang telah dimodifikasi. 

Di balik kisah suksesnya, Elivinia selalu mengikutsertakan keluarga. Ia ingin memberi bekal masa depan kepada anaknya agar kelak juga menjadi pengusaha.

“Sekarang usaha saya banyak dibantu oleh anak saya bernama Sheika yang kini duduk di bangku kuliah semester akhir prodi tata busana,” tuturnya. 

Bagi Elivinia, menjadi pengusaha batik sudah mendarah daging dalam diri keluarga. Karena itu ia bersiap mengikuti tren yang sedang berkembang, agar produksi batiknya tetap diminati banyak kalangan tak memandang status sosial.

“Mau tidak mau, saya harus bisa mengikuti tren yang sedang berkembang sih. Misalnya tidak harus baju formal, baju santai juga bisa di desain batik,” kata dia.

Elivinia hanya berharap, pameran batik dapat menjadi program prioritas Pemkab Cirebon. Tujuannya agar pelaku UMKM batik bisa mengikuti tren. Sehingga batik khas Cirebon tetap mendarah daging dan terawat. *Muizz

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024