Kripik Tempe Ocien - Terjual Hingga ke Negeri Ginseng
Jika berkunjung ke Kabupaten Cirebon, jangan lupa cicipi pula kuliner dan jajanan khasnya. Saat ini banyak kudapan lokal warga Cirebon yang sudah bisa dibeli melalui toko oleh-oleh di Cirebon dan sekitarnya, salah satunya Kripik Tempe Ocien.
Kripik Tempe Ocien merupakan salah satu produk UMKM milik Hendra Agustira yang telah dirintis sejak 2014 silam.
“Saya mulai usaha ini dari nol sejak tahun 2014, awalnya Ocien ini usaha sampingan karena saat itu saya masih menjadi guru honor,” ungkap Hendra.
Hendra bercerita perjalanan panjang bisnisnya sebelum dikenal saat ini. Hendra membuat kudapan tersebut di Desa Gempol, Kecamatan Palimanan yang ia jual ke warung-warung dan tetangga terdekat. Dengan menggunakan modal seadanya, Hendra menjajakannya bersama Yeni, istrinya.
Sebagai guru honorer, Hendra tak memiliki pengalaman dalam dunia kuliner, begitupun dengan Yeni. Namun dengan semangat tinggi mereka selalu berusaha mengembangkan keripik tempe itu agar dapat dikenal banyak orang.
“Saya merasa harus menyeriusi usaha saya, akhirnya menginjak 1 tahun saya ikuti berbagai pelatihan yang diadakan Disperdagin, Dinas UMKM, Pemprov Jabar maupun BUMN,” jelas Hendra.
Setelah mengikuti banyak pelatihan usaha, Hendra mengaku bertemu dengan banyak pelaku UMKM lainnya. Tak ayal, ia juga banyak mendapatkan pelajaran melalui cerita inspiratif dari masing-masing teman bisnisnya.
Kemudian, dengan berjalannya waktu Kripik Tempe Ocien mulai banyak dikenal oleh masyarakat sampai menghiasi toko oleh-oleh di Cirebon, Kuningan, dan Bandung.
Kripik Tempe Ocien memiliki beberapa varian rasa, seperti original, balado, dan pedas. Harganya juga relatif murah, mulai Rp 2 ribu hingga Rp 20 ribu sesuai dengan ukuran.
“Selain di toko oleh-oleh, Ocien juga dijual di Indomaret dan marketplace seperti blibli, Tokopedia, dan Shoppe. Selain itu, beberapa reseller kami juga ada yang dari luar jawa,” ungkap Hendra.
Hendra menuturkan, melalui berbagai macam pelatihan dia telah banyak mendapatkan pelajaran baru untuk penngembangan usahanya, dari cara produksi, branding, pemasaran ekspor-impor.
“Karena sudah tahu cara impor dan ekspor, tahun 2019 saya bekerjasama dengan salah satu perusahaan di Korea Selatan, hingga akhirnya sejak saat itu produk saya bisa dipasarkan di sana,” tuturnya.
Selain di Negeri Ginseng, Hendra juga menjalin kerjasama dengan perusahaan ekspor lainnya yaitu Singapura dan Australia. Ia akui, semua jalan itu didapatkan setelah mengikuti banyak pelatihan.
Namun dampak pandemi yang baru-baru ini terjadi ternyata juga dirasakan oleh Hendra. Omzetnya sempat anjlok 80% dari sebelum pagebluk.
“Dulu setiap bulan pernah mencapai Rp 100 juta, tapi semenjak pandemi anjlok sampai 80%. Rata-rata kalau sekarang paling banter Rp 20 juta,” jelas Hendra.
Meskipun begitu, Hendra tetap bersyukur apapun yang terjadi. Karena berkat kerja kerasnya bersama istri, usaha yang mulanya hanya sampingan kini menjadi ladang utama perekonomian keluarga.
Saat ini Hendra memiliki 7 karyawan untuk membantu produksi Kripik Tempe Ocien. Dia mengaku akan terus berusaha untuk mengembangkan usahanya tersebut, agar lebih dikenal lagi mancanegara.
Hendra juga berharap, pemerintah di Kabupaten Cirebon bisa lebih memperhatikan pelaku Usaha Mikro sepertinya. Bisa memfasilitasi dan melibatkan pelaku UMKM dalam pameran-pameran sebagai bentuk memperkenalkan produk lokal.
“Saya harap pemerintah lebih memperhatikan pelaku UKM seperti saya, mulai dari memfasilitasi dalam legalitas atau perizinan. Lalu saya juga berharap, Kripik Tempe Ocien bisa menjadi salah satu souvenir setiap ada tamu dari luar,” harapnya.
Bagi Hendra, pemerintah adalah jembatan bagi pelaku UMKM memasarkan produk agar bisa dikenal oleh masyarakat luas.
“Dan secara tidak langsung semua itu tentu juga akan mengangkat nama Kabupaten Cirebon ketika ada UMKM yang sukses hingga mancanegara,” pungkasnya. *Par
