Desa Cipeujeuh Kulon dikenal menjadi salah satu desa penghasil buah mangga terbesar di Kabupaten Cirebon. Tak ayal, ketika berkunjung ke desa tersebut, ratusan pohon mangga jenis gedong gincu tampak berjejer di sepanjang jalan.
Kualitas mangga gedong gincu khas Desa Cipeujeuh Kulon dinilai tak kalah dengan daerah penghasil mangga terbaik lainnya seperti Indramayu.
"Di Indramayu juga ada mangga, tapi hanya mangga biasa, cuma sedikit yang digincukan. Jika mangga gincu kami rasanya beda, warnanya juga sedikit berbeda," jelas Lili Mashuri, Kuwu Desa Cipeujeuh Kulon kepada Cirebon Katon.
Mangga gedong gincu memiliki perawatan khusus sehingga harganya terpaut naik dengan mangga jenis lainnya.
"Buahnya itu dibungkus menggunakan kertas, nanti akan matang di pohon. Rasanya lebih enak, jadi harganya juga lebih mahal," ungkap Mashuri.
Saat ini, mangga khas Cipeujeuh Kulon diakui telah terjual ke berbagai daerah dari Jakarta hingga Sumatera.
“Sebenarnya penjualan sudah sampai Jakarta dan Sumatera, dan kalau ditanya keuntungan lumayan menguntungkan. Sekali panen kita bisa mendapatkan keuntungan 3 kali lipat dari modal tergantung iklim," kata Mashuri.
Oleh karenanya, Pemerintah Desa Cipeujeuh Kulon berencana mengembangkan perkebunan mangga tersebut dengan mendirikan agrowisata mangga.
"Betul sekali, saya berencana membuat agrowisata kebun mangga. Karena Desa Cipeujeuh Kulon sangat dikenal pada sektor perkebunan mangga," ujarnya.
Lahan seluas 20 hektare akan disulap jadi wisata mangga dan diyakini akan mampu menarik para wisatawan. Mashuri berkeinginan, kehadiran agrowisata dapat dirasakan manfaatnya untuk membantu para petani mangga memasarkan hasil panen. Dan berharap akan berdampak terhadap peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes).
"Sumber daya alam di Cipeujeuh Kulon kan lumayan luas, selain itu saya juga ingin membantu para petani agar lebih mudah dalam penjualan jika masa panen tiba. Sehingga sudah keharusan agrowisata tersebut segera diwujudkan,” kata Mashuri.
Sebelumnya, Mashuri merasa prihatin karena para petani mangga kerap mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil panen mangga gedong gincu, karena itu agrowisata mangga diharapkan menjadi solusi.
"Kalau kita buat agrowisata, kita tidak perlu susah-susah cari pembeli, nanti mereka sendiri yang akan datang kemari. Kami Pemdes sangat bersedia menjadi jembatan antara petani dan pembeli," terangnya.
Selain itu, melalui agrowisata Mashuri berharap, pemulihan ekonoi dapat terwujud setelah pandemi menghujam sehingga Desa Cipeujeuh Kulon akan semakin dikenal masyarakat luas.
Tak hanya itu, selain menghadirkan perkebunan mangga, agrowisata dapat menjadi pilihan tempat wisata keluarga. Para wisatawan akan bisa memetik mangga dari pohon langsung maupun berkeliling menikmati pemandangan sekitar.
"Memang ke depannya kalau agrowisata ini jadi para pengunjung boleh memetik mangga langsung dari pohon khusus jenis mangga gincu. Jadi kesannya lebih alami dan terlihat menarik," kata Mashuri.
Mashuri meyakini lokasi agrowisata mangga gincu akan dipadati pengunjung jika telah dibuka karena akses jalan yang bagus dan mudah ditemukan.
“Tidak terlalu masuk ke hutan, jadi memang pilihan sekali untuk wisatawan pecinta buah mangga khususnya. Jalan di sini sudah bagus,” jelasnya.
Meski demikian, Mashuri tetap berharap Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat membantu Pemdes Cipeujeuh Kulon mewujudkan agrowisata mangga gincu. Sejauh ini, Mashuri harus memutar otaknya mencari anggaran untuk pembangunaan wisata desa tersebut.
"Meski harus bersusah-payah mengalokasikan anggaran saya tidak menyerah. Kami juga berharap pemerintah daerah ataupun pusat bisa lebih perhatian dengan potensi yang ada di desa termasuk desa kami," pungkasnya. *Par