Inspirasi edisi Juli 2022

UMKM Anake Mimi - Tembus Pasar Singapura

Ilustrasi UMKM Anake Mimi - Tembus Pasar Singapura

Anake Mimi, mungkin terdengar hanya satu ungkapan bahasa Cirebon biasa yang bermakna ‘anaknya ibu’. Namun oleh Dali, pemuda asal Desa Wanasaba Lor, Kecamatan Talun, Anake Mimi disulap untuk menjadi nama kudapan renyah nan nikmat.

Berbahan dasar melinjo,  Anake Mimi telah cukup familier bagi kalangan pegiat usaha mikro di Kabupaten Cirebon karena keberhasilannya menjual produk hingga ke negara Asia.

"Sebelum pandemi salah satu produk saya emping melinjo Anake Mimi pernah rutin dikirim ke Brunei dan Singapura, yang disalurkan melalui komunitas Tenaga Kerja Indonesia (TKI)," ungkap Dali.

Meski saat ini tengah terhenti, Dali mengakui telah diminta kembali oleh pihak Singapura untuk membicarakan kerja sama kontrak ekspor.

"Dulu pernah terhenti karena pandemi, namun bulan ini saya ada janji dengan pihak Singapura untuk bertemu di Bandung," kata Dali.

Selain Brunei dan Singapura, Anake Mimi juga sempat dilirik oleh negara tetangga Malaysia. Namun belum sempat Dali kirim, karena harus menunggu sertifikasi halal sebagai syarat ekspor ke Malaysia.

Dali bercerita apa yang dilakoninya melalui proses yang panjang dan tidaklah mudah. Kepada Cirebon Katon, Dali mengungkapkan awal mula usaha emping itu terwujud. Tahun 2014 tepatnya, Mimi Junia, ibu Dali bekeinginan membuka usaha sendiri setelah bertahun menjadi pegawai pabrik keripik di Cirebon.

Dengan modal seadanya ditambah pengalamannya bekerja di pabrik, Junia memberanikan diri membuat olahan keripik pisang dan emping yang ia jual ke pasar. Saat itu Junia hanya menjualnya secara konvensional.

"Dulu Mimi modal awal cuma 2 juta, dengan alat seadanya, akhirnya Mimi buka usaha sendiri. Belum ada legalitas, merek bahkan kemasan pun masih pakai plastik biasa," tutur Dali menceritakan.

Dali yang waktu itu masih bekerja sebagai guru di salah satu lembaga pendidikan di Kota Cirebon, tidak punya cukup waktu untuk membantu ibunya berjualan. Dali pulang ke rumah setiap akhir pekan.

"Dulu mimi jualannya di pasar menggunakan plastik biasa, dan alhamdulilah banyak yang suka. Saya tidak bisa membantu karena waktu itu saya ngajar di MI Nurur Rohmah Kota Cirebon," ujar Dali.

Seiring waktu, Dali mengatakan pelanggan ibunya semakin bertambah banyak. Bahkan tak sedikit yang menjadi pengepul untuk dijual kembali dengan nama brand yang berbeda. Melihat itu, Dali mulai memutuskan untuk membantu ibunya mengelola usaha keripik pisang dan emping melinjo.

"Tepatnya tahun 2019 saya mulai ikut mengelola usaha Mimi, mulai dari mengurus legalitas sampai nama brand," kata Dali.

Dali beberapa kali mengajukan nama brand untuk nama produk ibunya, namun selalu tertolak karena dinilai sudah digunakan.

Tak kehabisan akal, Dali memutuskan Anake Mimi sebagai nama UMKM melinjo milik keluarganya dan beruntungnya belum ada yang menggunakan.

Saat ini, Anake Mimi telah banyak dikenal orang. Dengan omzet rata-rata Rp 4-6 juta per bulan. Produk Anake Mimi tersedia berbagai macam ukuran dan rasa. Dimulai dari  harga yang termurah sebesar Rp 14 ribu.

"Untuk emping melinjo 2 varian rasa yaitu original dan pedas manis. Kalau keripik pisang ada 6 rasa yaitu, original, keju, balado, jagung manis, jagung bakar, dan coklat," ungkap Dali.

Dali menjual Anake Mimi ke berbagai daerah baik secara langsung maupun via market place.

Paling jauh mencapai Surabaya, Bekasi, dan Bandung. Di online kita juga punya market place seperti di Bukalapak, Shopee, dan Blibli itu sudah ada,” jelas Dali.

Dali bersyukur, sempat mengikuti pelatihan UMKM yang digelar Disperdagin Kabupaten Cirebon. Sehingga ia banyak belajar mengelola usaha dari membuat brand, merek hingga digital marketing. Selain itu, berkat pelatihan, ia tahu cara ekspor produk.

"Kalau dulu bisa ke Singapura karena komunitas TKI, sekarang berkat mengikuti pelatihan, seluruh UMKM termasuk saya diberi akses untuk bisa ekspor ke luar negeri," jelasnya.

Dali berharap, Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat terus memperhatikan para pelakuUMKM, dengan ikut serta mempromosikan produk-produk khas Cirebon.

"Kita berharap agar terus diberikan ruang untuk promosi produk. Karena itu juga dapat mengangkat nama baik Cirebon sendiri,” pungkasnya. *Par

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024