Semula warga Desa Playangan, Kecamatan Gebang, melihat balong di pinggir lapangan sepakbola hanya menjadi tempat kumuh yang dipenuhi semak belukar. Tak jarang warga sering kali menemukan ular di sekiar lokasi.
Hingga pada awal 2022, Pemerintah Desa (Pemdes) Playangan mulai membenahinya. Mereka melihat genangan air tersebut berpeluang menjadi salah satu wisata untuk meningkatkan pendapatan desa. Hal itu sejalan dengan harapan Pemdes Playangan, yang ingin segera menambah PADes.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) bernama Pucuk Mekar, Pemdes Playangan mulai merealisasikan program rehabilitasi balong untuk diubah menjadi wisata perairan yang elok.
“Namun karena memang bertahun-tahun balong itu tidak dikelola, jadi banyak warga yang menanam pohon mangga dan sebagian membuat kandang kambing,” ungkap Kuwu Desa Playangan Sobirin.
Akibatnya, Sobirin harus bernegosiasi terlebih dahulu dengan para pemilik pohon dan kandang tersebut. Meski sebenarnya lahan di sekitar perairan milik desa, Sobirin tidak menginginkan ada warga yang dirugikan sebab rencana rehabilitasi balong.
“Saya bersama Bumdes, akhirnya bernegosiasi dan kami sepakat untuk membeli pohon-pohon mangga yang tumbuh di atas tanah titisara. Sementara kandang kambing kita memindahkannya ke tempat lain,” tuturnya.
Setelah balong sudah keadaan siap, Pemdes Playangan mulai merenovasinya dengan membersihkan dan memagarnya. Tak kurang anggaran Rp 100 juta telah dialokasikan Pemdes untuk program wisata balong.
“Pembangunan sudah 2 bulan kurang. Dana itu kita dapatkan dari kas Bumdes pada periode sebelumnya sejumlah Rp 34 juta dengan tambahan dana talangan hasil tanah bengkok milik saya,” kata Sobirin.
Alhasil, saat ini balong tersebut pun tampak terlihat bersih. Selain itu akses jalan juga lebih luas setelah adanya pelebaran dengan dilengkapi hiasan dekorasi bambu yang mengitarinya. Rencananya, Pemdes Playangan akan membuat wisata air yang memiliki segmentasi beragam.
“Nanti kita ingin mengubah balongan ini menjadi wisata air yang dapat dinikmati anak-anak maupun orang dewasa. Kita juga akan buat tempat pemancingan dan kafe. Harapannya nanti dikelola para pemuda desa,” jelasnya.
Sobirin mengaku telah melakukan studi banding ke berbagai tempat wisata untuk mencari inspirasi dan mempelajari tata kelola wisata. Ia berharap, jika wisata air desa tersebut sudah dibuka resmi, para warga Desa Playangan dan sekitarnya tak lagi harus keluar jauh untuk berwisata.
“Kita sempat studi banding ke berbagai tempat wisata air di Kuningan, Indramayu dan Kota Cirebon. Saya pengen tahu apa saja yang perlu dipersiapkan dan membandingkan biaya masuk wisata air di tempat lain,” tutur Sobirin.
Meski disadari untuk membangun wisata air dibutuhkan dana yang besar, Sobirin optimistis akan terwujud.
“Sekarang di rumah saya ada yang sedang membuat perahu bebek. Insyaallah kita akan punya 5 perahu bebek untuk anak-anak hingga dewasa. Saya beli perahu bebek seharga Rp 9 juta. Itu belum menghitung biaya tukang,” ungkap Sobirin.
Sehingga, tak ayal pembangunan wisata tersebut seringkali tersendat karena kehabisan dana.
“Beberapa minggu lalu pembangunan terhenti karena dana kita habis. Makanya saya juga sedang mengajukan bantuan kepada Pemkab Cirebon. Kalau kita mengandalkan dana talangan terus itu tidak efektif dan itu bisa memperlama wisata ini jadi,” ujarnya.
Rencananya Sobirin akan menamakan Pesona Bahari untuk wisata balong tersebut. Sekalipun masih banyak yang perlu dipersiapkan sebelum dibuka secara umum. Namun ia memastikan Balong Pesona Bahari akan launching pada tahun ini.
“Karena ini wisata air, jadi saya menamakan Pesona Bahari. Meskipun masih banyak yang perlu dipersiapkan, tapi saya pastikan maksimal akhir tahun kita buka. Semoga bisa memberi dampak PADes bagi kita serta menggeliatkan usaha warga sekitar,” pungkasnya. *Par