Fokus 1 edisi Mei 2022

Atlet Berprestasi Rawan Angkat Kaki

Ilustrasi Atlet Berprestasi Rawan Angkat Kaki

Dewi Laila Mubaroqah, atlet perempuan penembak, belum lama namanya menjadi tranding topic karena keberhasilannya mempersembahkan medali emas bagi Kontingen Merah Putih pada Sea Games 2021 di Vietnam.

Meski demikian, berita tersebut bak dua sisi mata uang. Sisi lain merupakan kebanggaan, sisi lainnya merupakan penyesalan bagi Kabupaten Cirebon. Alasannya, Dewi sapaan akrabnya, bukan mewakili Kabupaten Cirebon melainkan ia berangkat atas utusan Kota Bogor.

Padahal atlet perbakin tersebut sejak duduk di bangku kelas II SMPN 1 Plumbon telah dilatih Pengurus Cabang (Pengcab) Kabupaten Cirebon. Dewi dianggap kurang mendapat perhatian dari KONI Kabupaten Cirebon. Sehingga ia memilih hengkang ke Kota Bogor dua tahun lalu. Pada Sea Games Vietnam 2021 yang digelar Mei 2022, atlet pelatnas tersebut sukses meraih dua keping emas. 

Hal yang sama juga dirasakan Ali Nurahman, Atlet Perbakin Kabupaten Cirebon. Peraih perunggu menembak pada porda Jabar 2018 juga mengaku tak pernah mendapatkan uang pembinaan baik dari KONI maupun pemerintah daerah Kabupaten Cirebon. 

“Uang pembinaan dari Kabupaten Cirebon untuk saya tidak ada sedikit pun. Kalo daerah lain sih uang pembinaannya berjalan. Misalnya dari Kota Bekasi yang berani mengasih sampai Rp 5 juta per bulan bagi para atlet unggulannya,” ungkapnya. 

Ali mengaku sudah diminta oleh daerah lain agar hengkang dari Kabupaten Cirebon dengan iming-iming tawaran pembinaan yang menggiurkan. 

“Ada yang menawarkan saya pindah ke daerah lain. Mereka mengaku siap mengasih saya uang Rp 150 juta, peralatan menembak hingga uang saku bulanan,” katanya.  Namun tawaran tersebut belum Ali ambil lantaran sedang disibukkan aktvitas lain.

Ali hanya mengingatkan agar KONI dan Pemkab Cirebon lebih serius dalam membina para  atlet. Ia berharap kesejahteraan masa depan atlet Kabupaten Cirebon bisa terjamin. Sehingga tidak ada lagi atlet potensial yang memilih pergi dari Kabupaten Cirebon lantaran kurangnya perhatian.

Dukungan Anggaran Minim

Ketua KONI Kabupaten Cirebon Hengky Chonia mengakui meski para atlet di Kabupaten Cirebon telah rutin berlatih untuk mengikuti kejuaraan, namun hingga kini belum ada apresiasi lebih yang telah diberikan untuk kesejahteraan atlet.

Alasannya, kata Hengky, dukungan anggaran untuk KONI Kabupaten Cirebon dirasa masih jauh dari harapan. Belum lagi setiap gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jabar maupun event lainnya, juga membutuhkan biaya yang tak sedikit. Pada tahun 2021, KONI hanya mendapat anggaran dari Pemkab Cirebon senilai Rp 3 miliar. Baru pada tahun 2022 angkanya naik menjadi Rp 8 miliar.

Meski anggaran tahun 2022 meningkat dari tahun sebelumnya, tetapi menurutnya jumlah tersebut belum cukup untuk bisa meningkatkan prestasi atlet dan bersaing dengan daerah lain seperti Kota Bogor, Bekasi dan Bandung. 

“Anggaran kita masih kalah jauh dengan daerah lain seperti Kota Bogor yang sampai Rp 46 miliar. Kota Bogor juga berani memberikan uang saku untuk atlet Rp 5 juta per bulan. Sehingga mampu mencetak dan merekrut banyak atlet berprestasi,” katanya. 

Namun, Hengky mengaku sudah berusaha semampunya untuk membantu para cabor dalam melakukan pembinaan terhadap atlet-atlet. Pada 2021 lalu, KONI telah menggelontorkan anggaran kepada seluruh cabor sebesar 60 persen dari anggaran hibah yang diperoleh dari Pemkab Cirebon.

Sementara soal isu Dewi Laila Mubarokah, yang memilih hengkang ke Kota Bogor dan meraih emas pada sea games Vietnam 2021, Hengky menerangkan, kepindahan Dewi bukan hanya karena soal kurangnya apresisasi melainkan juga karena ia bertugas sebagai TNI AD di daerah tersebut. 

“Dewi itu TNI darat yang mendapatkan tugas di Kota Bogor. Jadi wajar jika dia pindah menjadi atlet Kota Bogor,” ungkapnya. 

Sejauh ini, KONI telah mengusahakan agar anggaran pembinaan atlet bisa ditingkatkan dengan membangun komunikasi dengan perusahaan di Cirebon. Sayangnya, hingga kini belum ada respon yang baik.

“Belum ada perusahaan yang menggelontorkan anggaran untuk support para atlet kita,” keluhnya.

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Siska Karina menyadari anggaran yang terbatas jadi salah satu penyebab pembinaan atlet Kabupaten Cirebon dinilai belum optimal. Sehingga banyak atlet yang hengkang dari Kabupaten Cirebon. Karena itu ia berharap masalah ini bisa segera terpecahkan.

Siska menilai, KONI  belum terbuka dalam pembinaan atlet. Misalnya, dalam pendataan para atlet. Untuk itu ia meminta KONI segera mendata dan melaporkannya terlebih dahulu

"Kebutuhan untuk pembinaan seluruh atlet harus ada datanya. Tetapi kalau misalnya dari anggaran baru bisa memprioritaskan empat atlet, maka keempat itu harus dibina dan dijaga. Jangan sampai lari ke daerah lain karena tidak diprioritaskan," jelas Siska.

Siska berharap, KONI bisa mengadakan perkumpulan forum CSR perusahan untuk bekerjasama membina cabang olahraga di Kabupaten Cirebon. Kerjasama ini diharapkan bisa menciptakan atlet-atlet Kabupaten Cirebon berprestasi dan menjamin masa depannya. 

"Sampai sekarang kan Forum CSR belum pernah dikumpulkan. Padahal nantinya bisa memberikan bantuan untuk pembinaan atlet. Misalnya setelah pulang dari kejuaraan para atlet diberikan pekerjaan yang layak sebagai bentuk penghargaan kepada mereka," tandas Siska. 

Sarana Olahraga Tak Memadai

Selain apresiasi yang dinilai belum optimal, faktor peyebab atlet Kabupaten Cirebon minim prestasi juga dilihat dari sarana dan prasarana olahraga yang belum memadai. Padahal dengan adanya Stadion Ranggajati dan Watubelah seharusnya para atlet bisa memanfaatkan fasilitas. Sehingga, hal itu bisa berpengaruh pada kualitas dan peningkatan prestasi para atlet.

Sayangnya, keberadaan dua stadion itu masih perlu perbaikan. Misalnya, sarana lapangan latihan atletik yang belum dipasang tartan. Padahal tartan akan membantu para atlet Kabupaten Cirebon dalam berlatih maupun menyiapkan kejuaraan

“Kalau lintasan sekarang masih menggunakan tanah. Diameternya juga belum sesuai bagi atlet yang akan mengikuti kejuaraan porprov. Sehingga para atlet sangat rentan cidera. Dalam perlombaannya juga karena lintasan lapangan sudah menggunakan tartan, maka para atlet Kabupaten Cirebon harus menyusuaikan dulu,” kata Heru Hidayat, Anggota Bidang Pembinaan Prestasi, Pendidikan dan Olahraga KONI Kabupaten Cirebon.

Sementara ini, pemerintah daerah baru memiliki satu tempat latihan olahraga jenis beladiri yakni GOR Satria Laga. Sehingga jam berlatih bagi para atlet bela diri seperti tinju, pencak silat dan gulat masih sangat terbatas karena harus mengantre. 

“Belum lagi matras masing-masing bela diri itu berbeda. Sehingga selama ini para atlet menggunakan tempat latihan seadanya,” ungkapnya. 

Kepala Bidang Olahraga Dispora Kabupaten Cirebon Sumarno pun mengakui jika sarana dan prasarana olahraga di Kabupaten Cirebon belum memadai. Alasannya lagi-lagi karena anggaran yang terbatas. Sebab dua tahun terakhir anggaran lebih banyak difokuskan untuk penanganan pandemi Covid 19.

Meski begitu, Sumarno mengaku Dispora telah rutin melakukan perawatan Stadion Ranggajati sekalipun tak ada gelaran kejuaraan.

“Perawatan rumput Stadion Ranggajati sudah sering kami lakukan. Kami akan terus mengontrol kondisi lapangan dan mengecek apa saja kekurangannya,” tandasnya. *Muizz

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024