Inspirasi edisi April 2022

Jamur Krispi Mushi - Bersiap Tembus Pasar Global

Ilustrasi Jamur Krispi Mushi - Bersiap Tembus Pasar Global

Memulai usaha tentu bukanlah hal mudah, banyak lika-liku yang harus dilewati. Tantangan dan halangan pun menjadi hal yang tak lepas dari kisah perjalanan pemilik usaha jamur krispi Mushi Lia Amalia yang ia dirikan sejak 2018 silam.

Tak banyak yang tahu jika kudapan jamur krispi Mushi telah sukses di retail modern dan toko oleh-oleh khas Cirebon. Olahan berbahan dasar jamur tiram ini, bukan hanya berjenis makanan ringa melainkan juga melahirkan beberapa jenis produk jamur lainnya, seperti jamur krispi, krupuk jamur, kaldu jamur bubuk, dan tepung jamur.

Berawal dari rasa empatinya terhadap para petani jamur yang sulit menjual hasil panen, Lia pun begitu gelisah. Lia yang juga seorang petani jamur hanya berharap jerih payahnya menanam jamur bisa dirasakan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Dulu setiap kali musim panen para petani kebingungan untuk menjual. Sementara sifat jamur mudah membusuk jika tak segera diolah. Saya sebagai sesama petani jamur juga merasakan bagaimana sulitnya memasarkan jamur saat itu,” ungkap Lia.

Produksi jamur yang berlimpah ternyata tak sebanding dengan permintaan pasar. Lia pun tak ingin rugi. Keadaan itu, menuntut Lia harus memutar otak agar hasil panen melimpahnya tak sia-sia.

Di tahun 2018, bermodal kegemarannya memasak, Lia bereksperimen mengolah jamur tiram menjadi makanan ringan. Ide sederhana yang terlintas di benak Lia saat itu adalah membuat jamur krispi dalam bentuk kemasan. Baginya mudahnya pembuatan jamur krispi menjadi alasan ia sangat yakin untuk mengeksekusi ide bisnis tersebut.

“Memang dasarnya saya suka memasak, jadi secara autodidak saya coba membuat jamur krispi waktu itu. Pembuatannya tidak sulit, dan bahan-bahannya juga cukup mudah didapatkan. Setelah itu saya coba keluarga dan tetangga saya nyicipi ternyata suka. Mulai saat itu saya seriusi hingga sekarang,tuturnya.

Di rumah kontrakannya yang terletak di Desa Karangwangi, Kecamatan Karangwareng Mushi pertama kali terlahir. Seiring berjalannya waktu, Mushi mulai dikenal oleh masyarakat. Lia terus mempromosikan Mushi dari rumah ke rumah hingga dipasarkan di retail modern setelah menempuh persyaratan. Untuk mengimbangi perkembangan zaman, Lia juga menjual Mushi di beberapa marketplace.

“Sampai sekarang, kurang lebih sudah hampir 3 tahun Mushi juga dijual di Alfamart dan Indomart. Ada juga distributor dan reseller. Bisa juga didapatkan di Blibli.com, yang sudah mendapatkan top rated karena penjualannya yang meningkat,kata Lia.

Untuk harganya, Mushi cukup terjangkau, dengan merogoh kocek Rp 13 ribu Mushi bisa didapatkan untuk ukuran 80 gram. Sebelum pandemi Covid-19, jamur krispi Mushi mampu terjual 12 ribu pcs dalam sebulan. Namun, semenjak pandemi penjualannya sempat anjlok 80 %.

Sekarang, perlahan dengan mulai menurunnya angka Covid-19, omzet Mushi berangsur kembali naik. Bahkan saat ini Lia tengah menyiapkan Mushi untuk dijual di Amerika.

 “Saya sudah membuat kemasan khusus untuk dijual ke Amerika, mungkin nanti saya akan jual dengan harga 3,5 dolar untuk satu pcs. Sebelumnya saya juga sempat tanda tangan kontrak untuk menjual Mushi di beberapa negara lain seperti, Singapura, Malaysia, dan Australia, tapi tertunda karena terjadinya pandemi,” ungkapnya.

Lia menuturkan, untuk mencapai pada posisi ini ia harus melewati berbagai kondisi, tapi dia terus berusaha dan tak patah arang. Hal itu terbukti dengan keberhasilan Mushi menembus retail modern hingga pasar global. Lia berharap semoga perjalanan Mushi akan memberi inspirasi bagi para pelaku UMKM lainnya.

“Untuk pelaku UMKM, baik yang baru memulai ataupun yang sudah berjalan tetap semangat dan telaten. Jangan mudah putus asa. Namanya juga usaha pasti ada naik turunnya, dan yang paling penting harus rajin berdo’a,” pungkas Lia. *par

 

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024