Terik matahari yang menyengat siang itu mengiringi kunjungan Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon di PT Indocement Tunggal Prakasa (ITP) di Palimanan Barat, Kecamatan Gempol. Dalam kegiatan tersebut, Komisi IV tengah mengawasi perkembangan pariwisata di kawasan pemandian air yang panas dikenal dengan sebutan Banyu Panas Gempol.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Herianto menjelaskan bahwa Banyu Panas Gempol merupakan salah satu sumber air panas yang memiliki keuntungan karena berada di PT Indocement. Sehingga akan mudah dalam pengembangan kawasan wisata.
Selain itu, Herianto pun berpendapat, jika dibandingkan dengan wisata air panas Kuningan, kadar kejernihan Banyu Panas Gempol masih unggul. Sehingga ia pun berharap, kawasan Banyu Panas Gempol ini akan menjadi destinasi yang populer laiknya di Ciater-Subang. Selanjutnya, ia juga berharap manajemen wisata ini bisa lebih baik dan bisa ditiru oleh wisata lainnya.
Asistant of General Manager Kompleks Pabrik Cirebon Otto Ahadijat, mengungkapkan jika PT ITP Palimanan senantiasa melakukan pengembangan pariwisata di sekitar. Salah satunya wisata air pemandian Banyu Panas Gempol yang berada dekat dengan kawasan pabrik.
Menurutnya, pemandian air panas ini merupakan kawasan pariwisata pertama yang dibangun oleh PT ITP sejak 2010.
“Pada September 2017, PT ITP Palimanan juga membangun kawasan wisata batu alam dan akhir 2017 lalu kami mengembangkan wisata batik Ciwaringin,” ungkap Otto.
Sementara pada tahun 2022 ini, PT Indocement berencana untuk membuka kawasan wisata baru di Palimanan Barat. Yakni wisata petik jamur, yang berkonsep kedai kopi dengan memunculkan produk olahan jamur sebagai camilan.
“Kami membuka wisata itu agar nantinya bisa mengembangkan para pelaku UMKM masyarakat sekitar dengan harapan ekonomi bisa bangkit dan kan membaik,” papar Otto.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Siska Karina pun menyambut baik rencana tersebut. Menurutnya, masyarakat sekitar PT Indocement sangat beruntung, karena jarang sekali perusahaan mau untuk membantu ladang ekonomi warga sekitar.
Ia pun membandingkan keberadaan perusahaan lain di Kabupaten Cirebon, yang belum semuanya sadar akan pentingnya memanfaatkan dana CSR untuk pengemabangan ekonomi.
“Kapan yah perusahaan di Kabupaten Cirebon bisa mengalokasikan dana CSR seperti Indocement? Saya lihat belum semuanya melakukan itu,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon Mahmudi, mengatakan, jika kawasan wisata Banyu Panas Gempol ini sangat potensial. Ditambah ada perluasan kolam dan penambahan permainan air, tak heran kalau wisata ini menjadi salah satu pilihan bagi warga Cirebon.
Meski demikian, Mahmudi pun mempertanyakan sejauh mana pengelolaan Banyu Panas Gempol dan retribusi yang telah diberikan untuk Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Cirebon.
“Sebenarnya berapa retribusi yang masuk untuk Pemda? Dan berapakah harga tiket?” tanya Mahmudi.
Menjawab itu, Suhada, Ketua Koperasi Karyawan Banyu Panas Gempol menerangkan bahwa pengelolaan ini menggunakan koperasi karyawan dengan sistem bagi hasil.
“Hasil dari pendapatannya kami bagi 20 persen untuk Bapenda, 10 persen untuk desa dan 70 persen untuk koperasi dan PT Indocement,” terang Suhada.
Kemudian untuk harga tiket masuk, kata Suhada, yakni sebesar 15 ribu rupiah. Menurutnya harga tersebut sudah sesuai dengan besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang ada di Kabupaten Cirebon. Karena dalam UMK juga menghitung besaran tunjangan berapa biaya wisata yang ideal.
“Sehingga besaran harga tiket tesebut tidak bisa dinaikkan atau diturunkan begitu saja. Karena akan berdampak pada UMK di Kabupaten Cirebon nantinya,” ungkap Suhada.
Sementara ini, Suhada menjelaskan, pengelola Banyu Panas Gempol tengah merencanakan penambahan beberapa wahana untuk menunjang anak-anak sekolah disekitar yang ingin berwisata air panas. Agar anak-anak TK, SD tidak perlu jauh-jauh ke Kuningan.
“Penambahannya berupa wahana outbond dan wahana-wahana air khusus anak-anak,” kata Suhada.