Profil 1 edisi Desember 2021

Nurholis - 2 Tahun Jadi Interpreter Bahasa Arab

 

Laki-laki itu sempat memiliki cita-cita menjadi petani dan guru ngaji saat kecil. Alasannya sederhana, Nurholis tumbuh di sebuah lingkungan keluarga yang taat agama dan berlatarbelakang pesantren. Terutama kakeknya adalah tokoh agama di Desa Pabedilan Kulon, yang saban sore mengajar ngaji anak-anak dan remaja.

“Orangtua dan kakek memang sangat berpengaruh terhadap kehidupan saya. Makanya waktu kecil dulu saya memiliki cita-cita jadi petani. Kalau pagi di sawah, sorenya ngajar ngaji. Itu sempat muncul,ucap Nurcholis.

Begitu berpengaruhnya keluarga, Nurholis pun sempat menempuh pendidikan di pondok pesantren. Tepatnya di Pondok Pesantren Lirboyo, Jawa Timur, meski hanya setengah tahun. Setelah itu, ia pindah di Pondok Pesantren Al Anwar Pesawahan, Kecamatan Susukan Lebak hingga 6 tahun.

Tepatnya tahun 1994, Nurholis lulus dari Pesantren Al Anwar. Ia pun pulang dan mengabdikan kesehariannya dengan mengajar ngaji untuk memanfaatkan ilmunya. Hingga 2 tahun berlalu, Nurholis memiliki keinginan baru di hidupnya. Hasrat memiliki pengalaman lain muncul.

Akhirnya pada tahun 1996, ia pergi  ke Jakarta untuk bertemu kawannya yang bekerja di Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Pada saat itu, temannya mengenalkan Nurholis dengan salah satu pejabat duta besar Arab Saudi yang memiliki kantor perwakilan di daerah Unaizah Provinsi Qasim. Berbekal pengalamannya di pesantren dengan menguasai bahasa arab, Nurholis begitu akrab saat berbincang.

Siapa sangka, dari obrolan yang berlangsung lama dan hangat, pejabat itu begitu tertarik atas kepiawaian Nurholis dalam pelafalan bahasa arab. Di akhir percakapan, ia menawari Nurholis untuk bekerja di Unaizah sebagai penerjemah bahasa.

“Saya spontan langsung bilang mau ketika ditawari. Dan yang paling diingat saat itu, saya disuruh nulis ulang surat Al Fatihah. Ternyata saya langsung diterima, saat itu juga segala persiapan seperti paspor diurus oleh mereka,” kenangnya menceritakan.

Tak butuh lama, Nurholis benar-benar berangkat di Unaizah dan langsung diberikan tugas sebagai penerjemah di tempat para TKI yang baru datang dari Indonesia. Ia pun dikenalkan dengan majikan para TKI Indonesia yang mayoritas bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) maupun supir.

Kantor perwakilan di sana, tugasnya menjemput para TKI di bandara untuk dibawa ke kantor. Nah saya yang menjembatani antara majikan dengan para TKI. Contohnya majikan itu butuh pekerja seperti apa, terus kita sampaikan kepada calon pekerja,” jelasnya.

Sepanjang bekerja menjadi penerjemah di Arab Saudi, Nurholis mendapat pelajaran jika banyak para pekerja di Indonesia yang tak mahir bahasa arab. Dimana sering terjadi kesalahpahaman antara majikan dengan para pekerja.

Seringkali para majikan mengeluhkan kalau para pekerja tak mengerti bahasa. Sehingga tidak jarang pula berakibat kesalahan saat diperintah dan memicu kemarahan para majikan,” kata Nurholis.

Namun menjadi penerjemah tak berlangsung lama, setelah 2 tahun menekuni pekerjaannya di Arab Saudi. Seusai kontraknya habis ia tak mengambilnya kembali meski dari kantor berharap Nurholis tetap bertahan di Unaizah. Tahun 1998 ia memutuskan pulang ke Indonesia.

Sekembalinya di Indonesia, rupanya membuat Nurholis sedikit kaget dengan kondisi Jakarta yang tenang setelah seminggu sebelumnya reformasi dikumandangkan.

Nurholis pun mulai bergabung di organisasi sosial kemasyarakatan, dari menjadi Koordinator Taruna Siaga Bencana, Koordinator Pendamping PKH, menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) hingga menjadi relawan Rumah Zakat selama 4 tahun.

Tak hanya itu, Nurholis juga bergabung dan resmi menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mulai tahun 2000. Ia telah mengagumi PKS sejak dirinya tinggal di Arab Saudi. Bagi Nurholis, visi PKS begitu pas.  Didominasi anak muda dan tak ada penokohan dalam menentukan kebijakan melainkan asas musyawarah, membuat Nurholis begitu takjub. Hal itu yang membuat Nurholis begitu tertarik.

Meski sebenarnya, ia berbeda pandangan politik dengan ayahnya yang justru dahulu merupakan aktivis Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun tak menjadi persoalan, kedua orangtuanya menghargai pilihan Nurholis. Bahkan sebagian keluarganya pun telah lebih dahulu bergabung menjadi kader PKS.

Tapi saya sampaikan, orangtua saya cuma pengurus partai belum pernah menjadi anggota dewan. Jadi meski kita berbeda tetapi kita tetap saling mendukung satu sama lain,terang Nurholis.

Pada akhirnya, tepat 2019 lalu, Nurholis maju dalam perhelatan pemilihan legislatif (Pileg). Ia pun terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Cirebon periode 2019-2024. Para masyarakat di wilayahnya mempercayakan Nurholis menjadi wakil rakyat. *Lan

 

Pencarian
Edisi Terbaru 2024
Agustus 2024
Cover edisi Agustus 2024
Juli 2024
Cover edisi Juli 2024
Juni 2024
Cover edisi Juni 2024