Ditemani secangkir kopi, beberapa mahasiswa tengah asyik dengan buku bacaannya. Sebagian ada pula yang tengah berdiskusi. Mereka begitu akrab menikmatnya. Suasana ini didapati ketika berkunjung ke Rumah Rengganis yang berada di Taman Kota Ciperna, Blok R2 No 11 Cirebon.
Sesuai namanya, tempat ini adalah rumah yang disulap menjadi tempat bar kopi dipenuhi dengan rak buku. Ada perpustakaan mini dengan ribuan buku beragam tema di ruang tamu. Mulai dari buku tentang isu sosial, politik, sejarah hingga sastra. Dari buku penerbit indie hingga mainstream karya penulis lokal maupun internasional.
Buku-buku ini merupakan koleksi pribadi yang bisa dibaca gratis dan sebagian khusus untuk dijual. Maka tak heran jika Rumah Rengganis, sering menjadi ruang pertemuan santai bagi para komunitas literasi di Cirebon.
Rumah Rengganis berdiri sejak 2019 silam. Pendirinya adalah Nissa Rengganis. Nissa berkeinginan menghidupi sastra di Cirebon. Sebab menurutnya, selama ini tidak banyak anak Cirebon yang hobi di sastra. Selain itu, belum ada tempat nongkrong yang ramai dikunjungi para sastrawan.
"Kalaupun ada kafe, tidak banyak pengunjung yang ngopi sambil berdiskusi tentang sastra," ucap Nissa, saat ditemui Cirebon Katon.
Tekad Nissa ingin menghidupi sastra di Cirebon pun tak setengah-setengah. Nissa juga mendirikan komunitas pecinta buku bernama Tjirebon Book Club pada tahun lalu. Anggotanya merupakan para pelajar SMA dan mahasiswa.
Tjirebon Book Club menggelar agenda rutin seminggu sekali. Dari membedah aneka buku, bincang bareng penulis, berlatih menulis hingga diseminasi karya tulisan. Hanya saja setelah wabah Covid-19 melanda Indonesia, kegiatan dilakukan secara virtual.
"Tapi sekarang pandemi covid-19 mulai menurun. Jadi Tjirebon Book Club sudah mulai kumpul di Rumah Rengganis dan berdiskusi lagi," ungkap Nissa.
Nissa, selain pendiri Rumah Rengganis juga seorang sastrawan. Ia penulis buku antologi puisi berjudul 'Manuskrip Sepi' yang telah berhasil menjadi nominasi buku puisi pilihan pada peringatan Hari Puisi Indonesia 2015 silam.
"Beranilah mempublikasikan karya sendiri. Dengan begitu, kita akan tahu sejauh mana publik menilai karya kita," kata Nissa.
Tak hanya itu, di antara karya perempuan kelahiran Cirebon juga ada antologi esai 'Pojok Sastra' dan antologi puisi tunggal "Obituari Puisi" (2018). Terbaru, Nissa juga tengah menyelesaikan buku puisi terbarunya berjudul 'Suara Dari Pengungsian'.
"Saya senang kalau beberapa pembaca bilang karya saya menginspirasi mereka. Kalau pun pada akhirnya tulisan saya tidak bisa mengubah orang, paling tidak mengubah diri sendiri. Semoga," ungkapnya.
Nissa mengenal dunia baca sejak duduk di bangku SD. Ibunya yang seorang guru dan memiliki koleksi buku bacaan di rumah, membuat Nissa telah akrab dengan buku-buku sejak kecil. Bakat menulisnya diketahui, saat Nissa memenangkan lomba mengarang tingkat Sekolah Dasar.
Ketertarikan Nissa pada dunia menulis juga dilanjutkan di bangku SMP. Saat itu, ia mengikuti ekstrakurikuler teater dan karya ilmiyah remaja dan sering menulis cerpen untuk diterbitkan di majalah dinding sekolah. Kemudian ia mengikuti lomba menulis cerpen pelajar se-Kota Cirebon. Siapa sangka, tulisan tersebut berhasil menjadi yang terbaik. Nissa pun kemudian mewakili sekolah menjadi jurnalis junior di Mitra Dialog, sekarang Kabar Cirebon.
Memasuki SMA, Nissa semakin aktif mengikuti kegiatan sekolah yang bersinggungan dengan dunia literasi. Mulai dari aktif di kelompok teater, film, hingga klub buku pelajar. Sebelum mengelola Rumah Rengganis, Nissa juga banyak bergiat di berbagai komunitas sastra Cirebon seperti Lingkar Studi Sastra (LSS), Dewan Kesenian Cirebon bersama Almarhum Ahmad Syubbanudin Alwy, Rumah Kertas, dan lainnya.
Nissa bukan sarjana sastrawan, ia justru merupakan sarjana Ilmu Politik dari Universitas Negeri Jenderal Soedirman dan Program Magister Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada (UGM). Meski tak memilih jurusan sastra, namun tak menyurutkan semangatnya untuk menekuni sastra. Bahkan saat ini pun Nissa adalah pengajar di Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Mengutip Jhon F Kennedy, "Jika politik itu kotor, puisi akan membersihkannya. Jika politik bengkok, sastra akan meluruskannya." ucap Nissa penuh semangat. *Muiz