Tak hanya terkenal karena keberadaan wisata religi, Cirebon juga dikenal kaya kesenian. Salah satu kesenian khas Cirebon yang terkenal adalah lukisan kaca.
Bila ditarik kebelakang sejarah lukisan kaca dimulai pada abad ke-14 ketika ditemukannya lempengan kaca. Pada saat bersamaan, di wilayah Italia pun ditemukan cara pembuatan cat. Seni lukis pun dieksplorasi. Dan saat itu seni lukis kaca lahir ke dunia.
Seorang peneliti asal Prancis, Jerome Samuel, menuturkan hasil penelitiannya pada tahun 2017. Lukisan kaca sebagai seni dekoratif menjadi populer di kalangan masyarakat Jawa pada abad ke-18 dan ke-19.
Salah satu bukti pasti keberadaan kaca di Indonesia adalah catatan transaksi Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Bukti tersebut berupa adanya catatan impor barang kaca dari Eropa yang tertera pada laporan tahunan VOC di Batavia. Benda-benda kaca tersebut digunakan sebagai hadiah khusus untuk raja dan sultan di Indonesia.
Pada abad ke-17, kaca menyebar ke benua Asia lewat Iran, India, China, Jepang dan hingga Indonesia. Kerajinan lukisan kaca diperkirakan pertama kali memasuki Indonesia melalui pedagang China yang berniaga ke daerah Cirebon.
Sementara bukti lainnya berasal dari catatan perjalanan seorang penjelajah Jerman tentang hobi melukis kaca yang dimiliki Sultan Sumenep pada tahun 1850-an.
Cirebon memiliki nilai khusus karena merupakan wilayah kesultanan yang memiliki pelabuhan di bagian Utara Jawa. Pedagang dari Arab dan China pun tak sedikit yang singgah dan menetap.
Seni lukisan kaca diperkirakan masuk ke Cirebon saat masa pemerintahan Panembahan Ratu. Terdapat perbedaan pendapat soal kapan seni lukis kaca masuk ke Indonesia.
Salah satu ciri lukisan kaca Cirebon adalah tidak memiliki gambar makhluk hidup (hewan dan manusia) seperti yang biasa muncul di lukisan-lukisan Impresionisme, Naturalisme atau Realisme, karena ajaran Islam melarang menggunakannya dalam gambar/lukisan.
Di masa pemerintahan Panembahan Ratu bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa, lukisan kaca berperan sebagai media dakwah Islam.
Tak heran lukisan ini pertama kali hanya bercirikan simbol-simbol Islam. Pengaruh Islam menjadi ciri khas dari lukisan kaca Cirebon, seperti gambar kabah, masjid dan kaligrafi berisi ayat-ayat Al-quran atau hadis.
Sebagaimana kesenian tradisional lain, seni lukis diciptakan sebagai upaya pemenangan kekuasaan atau penyebaran agama.
Meski demikian, seiring waktu, lukisan kaca juga menggambarkan tokoh-tokoh dan simbol kesultanan Cirebon.
Seiring waktu, lukisan kaca memiliki nilai tersendiri karena adanya kepercayaan yang melekat pada seni lukis tersebut. Lukisan kaca, dipercaya tidak hanya menjadi hiasan rumah biasa. Namun, juga digunakan sebagai penolak bala bagi pemiliknya.
Ada sekitar 42 jenis kaligrafi peninggalan Sunan Gunung Jati. Semua mempunyai makna dan tujuan berbeda. Contohnya lukisan kaca bergambar macan Ali dengan corak Arab berlafadz dua kalimat syahadat. Kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat Allah, tuhan yang maha esa.
Adapun lukisan wayang bergambar Ganesha, dua gajah-yang satu membawa pedang dan satu lagi membawa gada, dipercaya menjaga dari kekuatan jahat. Lukisan ini biasanya dijadikan hiasan depan rumah.
Pelaku seni lukis kaca mayoritas berada di Kabupaten Cirebon, seperti Trusmi, Suranenggala, Gegesik dan sekitarnya. *Fan